Bisnis.com, JAKARTA — Emiten Grup Salim mencatatkan kinerja keuangan yang bervariasi pada paruh pertama tahun ini, namun sahamnya tetap prospektif dalam jangka panjang.
Vice President Infovesta Utama Wawan Hendrayana menjelaskan, secara jangka panjang, emiten Grup Salim PT Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF) dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP) masih menarik meski mengalami penurunan laba bersih akibat selisih kurs dan kenaikan harga bahan baku.
“Karena penjualan tetap naik, ini artinya mereka masih bisa mengembangkan bisnis dan memilih untuk menyerap kenaikan produksi,” papar Wawan kepada Bisnis, Kamis (8/9/2022).
Dia melanjutkan, tahun depan sudah mulai masuk tahun politik dan umumnya akan terjadi fenomena belanja untuk kampanye dan sebagainya yang akan meningkatkan konsumsi masyarakat. Hal ini dapat menjadi katalis positif bagi emiten Grup Salim tersebut.
Sementara itu, untuk emiten milik Anthoni Salim lainnya yang berbasis minyak sawit atau CPO juga masih akan mendapat katalis positif akibat kenaikan harga komoditas.
“Untuk yang berbasis CPO seperti LSIP dan SIMP juga diuntungkan oleh naiknya harga komoditas, dalam setahun ke depan kinerjanya juga diproyeksikan masih meningkat," imbuh Wawan.
Baca Juga
Sebagai informasi, INDF dan ICBP mencatatkan peningkatan pendapatan sepanjang semester I/2022, yakni INDF yang bertumbuh 11,62 persen menjadi Rp52,7 triliun dan ICBP naik 15,58 persen menjadi Rp32,59 triliun.
Namun demikian, laba bersih kedua emiten konsumer Grup Salim tersebut terkoreksi masing-masing sebesar 15,53 persen dan 40 persen akibat selisih kurs dan kenaikan harga bahan baku.
Sebaliknya, LSIP dan SIMP mencatatkan penurunan pendapatan di paruh pertama tahun ini. LSIP turun 5,93 persen menjadi Rp2,04 triliun dari Rp2,17 triliun pada periode yang sama tahun lalu, sedangkan SIMP turun 9,88 persen menjadi Rp8,07 triliun dari semester pertama 2021 senilai Rp8,95 triliun.
Meski begitu, laba bersih LSIP dan SIMP naik masing-masing 9,48 persen dan 101,37 persen. Laba bersih LSIP naik dari Rp501,22 miliar menjadi Rp548,76 miliar, sedangkan laba bersih SIMP tercatat melonjak dari Rp219 miliar menjadi Rp441 miliar.
Dari sisi teknikal, Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana mengatakan beberapa emiten dalam Grup Salim berpeluang menguat, antaralain INDF, FAST, dan LSIP.
“Secara teknikal, kami memperkirakan beberapa emiten dalam grup Salim yang masih memiliki peluang penguatan sebagai berikut, yaitu INDF BoW, melihat dari indikator MACD dan Stochastic yang sudah melandai dan berpeluang berbalik ke area positif diperkirakan dapat menjadi tanda penguatan, dengan target dekat di Rp6.500,” jelasnya kepada Bisnis, Kamis (8/9/2022).
Saham LSIP BoW, mencermati MACD dan Stochastic yang melandai diperkirakan koreksi LSIP sudah terbatas dan berpeluang menguat dengan target harga Rp1.220.
Adapun FAST Buy if Break, melihat dari MACD dan Stochastic yang golden cross, dan apabila FAST mampu break Rp970 maka target terdekat di level Rp1.000.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.