Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nilai Tukar Rupiah Dibuka Melemah Pasca Pertalite Naik Jadi Rp10.000

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melemah 0,11 persen pada pembukaan perdagangan awal pekan, Senin (5/9/2022) pasca harga Pertalite dinaikkan.
Karyawati menghitung uang rupiah di salah satu kantor cabang PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. di Jakarta, Selasa (16/8/2022). Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawati menghitung uang rupiah di salah satu kantor cabang PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. di Jakarta, Selasa (16/8/2022). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melemah 0,11 persen pada pembukaan perdagangan awal pekan, Senin (5/9/2022) pasca harga Pertalite dinaikkan.

Berdasarkan data Bloomberg, di pasar spot, nilai tukar rupiah berada pada level Rp14.911 per dollar AS, turun 0,11 persen atau setara 16 poin pada pukul 09.04 WIB.

Sementara itu, indeks dolar AS terpantau menguat 0,33 persen ke posisi 109,90.

Sejumlah mata uang lainnya di kawasan Asia Pasifik terpantau bergerak bervariasi, antara lain yen Jepang menguat 0,03 persen, dolar Hong Kong 0,01 persen, dolar Singapura melemah 0,11 persen, dan yuan China melemah 0,31 persen.  

Sebelumnya, Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menyebutkan rilis ketenagakerjaan ADP hari Rabu menunjukkan perlambatan dalam laju perekrutan di sektor swasta AS pada Agustus, tetapi kenaikan 132.000 masih merupakan angka yang sehat.

Laporan JOLTS sebelumnya tentang lowongan pekerjaan menunjukkan penguatan yang berkelanjutan di pasar tenaga kerja, yang membuat laporan pekerjaan resmi diperkirakan menguat.

Selain itu, ekspektasi kenaikan lainnya juga muncul setelah Ketua Fed Jerome Powell menyatakan pada pekan lalu bahwa membawa tekanan harga menurun menjadi fokus The Fed saat ini.

Presiden Fed Cleveland Loretta Mester menyatakan bahwa bank sentral perlu menaikkan suku bunga acuannya di atas 4 persen pada awal tahun depan, dari kisaran target saat ini 2,25 -2,5 persen, dan membiarkannya di sana untuk beberapa waktu. waktu untuk membantu mendinginkan inflasi.

Dari internal, pemerintah menyatakan, Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2022 yang menjadi shock absorber telah bekerja keras. Konsekuensinya, subsidi dan kompensasi energi sesuai Peraturan Presiden Nomor 98 Tahun 2022, jumlahnya meningkat tiga kali lipat, yaitu dari APBN 2022 awal Rp152,5 triliun menjadi Rp502,4 triliun.

Jika dibandingkan dengan subsidi dan kompensasi tiga tahun sebelumnya, yakni Rp144,4 triliun pada 2019, Rp199,9 triliun pada 2020, dan Rp188,3 triliun tahun 2021, kenaikan jumlah subsidi dan kompensasi pada 2022 sangat besar di Rp502,4 triliun, bahkan kemungkinan akan melonjak di atas Rp690 triliun. Ini adalah kenaikan yang sungguh sangat dramatis.

Lebih dari tiga kali lipat dari subsidi dan kompensasi yang dialokasikan ini adalah untuk menahan agar daya beli masyarakat terus terjaga.

“Namun, dengan harga minyak mentah dan ICP yang masih dalam tren meningkat dan seiring pemulihan aktivitas ekonomi serta meningkatnya mobilitas, kuota BBM bersubsidi, yakni Solar dan Pertalite, diperkirakan akan habis pada Oktober 2022. Artinya, Rp502 triliun yang dialokasikan untuk subsidi dan kompensasi energi pasti akan terlewati,” tulis Ibrahim dalam riset harian, Jumat (2/9/2022).

Dengan perkiraan rata-rata ICP dalam delapan bulan selalu di atas US$100, yaitu US$105 per barel dan kurs sekitar Rp14.700-14.800, sementara volume subsidi diproyeksikan mencapai 29 juta kilo liter untuk Pertalite dan 17,4 juta kilo liter untuk Solar, subsidi dan kompensasi akan mencapai Rp698 triliun.

Untuk perdagangan hari ini, Ibrahim memperkirakan mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif, namun ditutup melemah di rentang Rp14.870-Rp14.930.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper