Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Secara Historikal IHSG Berpotesi Bearish Sepanjang September, Mengapa?

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan bakal bergerak cenderung merah sepanjang September 2022.
Karyawan melintasi papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (9/8/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan melintasi papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (9/8/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan bakal bergerak cenderung merah sepanjang September 2022.

Analis Teknikal Trimegah Sekuritas Hans Adisastra menjelaskan IHSG pada September dan Oktober biasanya akan turun sejak 1997.

"Cenderung bukan berarti jelek, berarti kalau dia sudah ada di bawahnya, bakal banyak barang murah. Kita sudah keasyikan naik Februari--Maret, tahu-tahu IHSG jeblok turun ke bawah, karena mereka mengoleksi di September dan Oktober tahun kemarin, dan itu yang disebut bottoming," jelasnya dalam diskusi virtual, dikutip Senin (5/9/2022).

Menurutnya, IHSG saat ini sedang dalam posisi tinggi dengan likuiditas tinggi sehingga cenderung bergerak dalam rentang  antara 7.021 hingga 7.228.

Lebih lanjut, menghadapi IHSG yang cenderung ranging ini, sejumlah strategi dapat disiapkan investor. Pertama, antisipasi ranging bukan antisipasi naik karena dari data yang ada biasanya pasar cenderung merah.

Kedua, perhatikan saham yang akan dibeli, dalam beberapa waktu terakhir, saham-saham yang naik itu bukan LQ45, tapi saham mid to small cap. Penting juga melihat adanya emiten-emiten yang memiliki cerita berbalik untung.

"Ketiga, strategi ritel fokus ke makroekonominya, jadi tahu flow market ke arah mana. IHSG ranging di daerah ini 7.021 --7.228 harus antisipasi September ini ranging baru Oktober akan bottoming," paparnya.

Dia juga menilai saham-saham batu bara sudah pada posisi mendekati resistance sehingga perlu memperhatikan cerita di akhir tahun sektor batu bara dan komoditas ini bakal berlanjut atau tidak.

"Emiten yang dilihat indeks batu bara indeks salah satu yang paling stabil kenaikan, antisipasi batu bara indeks harga hampir dekati highest di Maret, sampai semester akhir cerita bukan komoditas lagi harus diperhatikan lagi, karena pergerakan naik, masuk resistance area," tambahnya.

Secara teknikal dia merekomendasikan ADMR dan BRMS yang memiliki potensi risiko pelemahan yang rendah berbanding dengan potensi kenaikannya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper