Bisnis.com, JAKARTA - Harga Bitcoin dan sejumlah aset kripto lain terpantau melemah selama 24 jam terakhir di tengah kecemasan investor terhadap kebijakan hawkish bank sentral AS Federal Reserve.
Melansir situs CoinMarketCap pada Kamis (1/9/2022), 8 dari 10 aset kripto berkapitalisasi pasar terbesar atau big cap kompak turun ke zona merah dalam 24 jam terakhir. Nilai Bitcoin (BTC), turun 0,3 persen ke US$20.146 dan melemah 6,73 persen dalam sepekan terakhir.
Sementara, Ethereum (ETH) juga anjlok 1,37 persen ke US$1.559 di waktu yang sama dan terkoreksi 7,12 persen sepekan terakhir. Solana (SOL), Dogecoin (DOGE) dan BNB juga alami penurunan harga masing-masing 1,40 persen, 1,34 persen dan 2,01 persen selama 24 jam terakhir.
Trader Tokocrypto Afid Sugiono mengatakan pola pergerakan kripto yang sempat naik dan turun dengan cepat membuktikan bahwa kondisi pasar belum stabil. Investor tampak belum percaya diri melakukan akumulasi di tengah sentimen ekonomi yang masih negatif.
"Investor masih diliputi kecemasan The Fed yang kemungkinan besar akan mengerek suku bunga acuan dengan agresif setelah data pekerja AS melemah," kata Afid dikutip dari keterangan resminya, Kamis (1/9/2022).
Investor melihat situasi ekonomi AS masih dalam laju yang lambat mengontrol inflasi. Oleh karena itu, investor diliputi ketakutan bahwa data ekonomi terkini yang belum memuaskan akan mendorong The Fed untuk terus mengetatkan kebijakan moneternya.
Baca Juga
Selain itu, investor dihantam berita bahwa Eropa akan mengikuti jejak The Fed setelah inflasi Jerman menyentuh 8,8 persen pada bulan Agustus. Tingkat inflasi Jerman menyentuh puncak tertingginya dalam 50 tahun terakhir.
"kenaikan suku bunga acuan akan melemahkan gairah investor untuk masuk ke market kripto. Akibatnya, nilai aset kripto pun terpuruk," ungkap Afid.
Dari sisi teknikal, Bitcoin masih memiliki peluang untuk menguat. Ia mengatakan BTC masih sukses berada di kisaran US$20.200 per keping, yaitu level psikologisnya.
“Jika ia berhasil menembus level resistance di level US$20.764, maka ada kemungkinan bisa terus melesat ke level US$21.000,” pungkas Afid.