Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ramalan Harga Bitcoin Setelah Terjun ke Bawah US$20.000 Tersulut The Fed

Siklus aset kripto seperti Bitcoin diyakini akan bullish dan mencatatkan harga lebih tinggi hingga memasuki periode November 2022
Ilustrasi Bitcoin. Reuters
Ilustrasi Bitcoin. Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Harga Bitcoin melemah dibawah level US$20.000 untuk pertama kali dalam 2 bulan terakhir di tengah pernyataan hawkish The Fed terkait pelonggaran kebijakan moneter.

Mengutip data Bloomberg, Minggu (28/8/2022) harga Bitcoin (BTC) sempat melemah hingga 4 persen ke level US$19.833. 

Level harga Bitcoin di bawah US$20.000 merupakan  pertama kalinya sejak 14 Juli 2022 dan memperpanjang pelemahannya tahun ini hingga 57 persen.

Saat Bitcoin meluncur turun, harga aset kripto lainnya juga tercatat melemah. Tercatat harga Ether anjlok 6,4 persen ke posisi US$1.456, sedangkan Solana dan Avalanche menurun masing – masing sebesar 6,4 persen dan 7,2 persen.

Melemahnya harga Bitcoin disebut karena dipicu oleh komentar Gubernur The Fed Jerome Powell terkait pelonggaran kebijakan moneter yang terlalu dini. 

Head of Research Valkyrie Investments Josh Olszewicz menuturkan, komentar The Fed tersebut menimbulkan sentimen negatif pada pasar kripto.

“Pengakuan Powell bahwa akan ada pelemahan sebelum adanya pemulihan terdengar cukup hawkish,” jelasnya dikutip dari Bloomberg, Minggu (28/8/2022).

Meski harga aset kripto utama tengah anjlok termasuk Bitcoin, sejumlah analis meyakini level harga saat ini memunculkan peluang beli bagi investor. Laporan dari CryptoQuant menyebutkan, Onchain metrics mengindikasikan harga saat ini di zona akumulasi yang merupakan level bottom di pasar kripto.

Sementara itu, analis Fundstrat Mark Newton dalam risetnya mengatakan, tren koreksi ini akan berimbas negatif dalam jangka pendek. Namun, level harga saat ini akan sesuai dengan kesempatan beli bagi para investor pada awal September.

“Hal tersebut seiring dengan siklus kripto yang akan bullish dan mencatatkan harga lebih tinggi hingga memasuki periode November 2022,” jelas Newton.

Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper