Bisnis.com, JAKARTA — Emiten kelapa sawit PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk. (SSMS) mencatat penjualan sebesar Rp3,35 triliun pada semester I/2022. Adapun laba bersih yang dicatatkan SSMS mencapai Rp1,01 triliun.
Berdasarkan laporan keuangan per 30 Juni 2022, SSMS mencatatkan pendapatan usaha sebesar Rp3,35 triliun atau meningkat 43,34 persen dari periode yang sama atau year-on-year (yoy). Pada tahun 2021, SSMS membukukan penjualan sebesar Rp2,33 triliun.
Penjualan SSMS terdiri dari penjualan kepada pihak berelasi dan pihak ketiga untuk minyak kelapa sawit, inti sawit, dan tandan buah segar.
Secara rinci, penjualan kepada pihak berelasi untuk minyak kelapa sawit meningkat 24,67 persen menjadi Rp2,6 triliun, inti sawit meroket naik 18.022 persen menjadi Rp263 miliar, dan tandan buah segar naik naik 1.634 persen menjadi Rp129,68 miliar.
Sementara dari penjualan pihak ketiga untuk minyak kelapa sawit menurun 3,71 persen menjadi Rp157,53 miliar, dan minyak inti sawit sebesar Rp199,64 miliar.
Selanjutnya, SSMS mencatatkan peningkatan beban pokok penjualan dari Rp1,32 triliun menjadi Rp1,4 triliun pada semester I/2022. Hal ini membuat laba kotor SSMS meningkat 91 persen menjadi Rp1,94 dari Rp1,01 triliun.
Baca Juga
Setelah dikurangi berbagai beban yang berhasil diefisienkan, SSMS mencatatkan laba yang dapat didistribusikan kepada pemilik entitas induk meningkat hingga 45,86 persen dari Rp696,32 miliar menjadi Rp1,01 triliun pada paruh pertama 2022.
Sementara itu, jumlah aset SSMC meningkat tipis 2,79 persen dari Rp13,85 triliun di akhir tahun 2021 menjadi Rp14,23 triliun pada pertengahan tahun ini. Di sisi lain, jumlah liabilitas meningkat 2,06 persen dari Rp7,74 triliun pada 31 Desember 2021 menjadi Rp7,9 triliun pada 30 Juni 2022.
Kemudian untuk kas dan setara kas akhir periode terjadi penurunan 31,95 persen dari Rp1,74 triliun menjadi Rp1,18 triliun.
CFO SSMS Jap Hartono melalui keterangan resmi mengatakan lonjakan laba terjadi lantaran adanya kenaikan harga minyak mawit mentah (CPO), minyak Inti Sawit (PKO), dan minyak inti sawit mentah (CPKO) pada rentang Januari hingga April 2022. Namun, pada rentang Mei hingga Juni 2022 harga dan permintaan CPO sempat menurun lantaran pemerintah menetapkan aturan DMO (Domestic Market Obligation) .
CEO SSMS Nasarudin Bin Nasir mengatakan kinerja perseroan pada paruh pertama tahun ini sudah baik. Pihaknya pun optimitstis dengan kinerja pada paruh tahun kedua dapat meningkat. Manajemen juga menilai masih akan mencatat pertumbuhan produksi yang kuat dengan didorong oleh tanaman yang baik dan hasil TBS kualitas baik.
"Walaupun harga CPO masih akan fluktuatif tetapi dari segi produksi dan penjualan Perseroan akan mengusahakan yang terbaik," ujar Nasarudin dalam keterangan resmi dikutip pada Rabu (31/8/2022).
Sent from my tablet