Bisnis.com, JAKARTA - Kenaikan tarif BBM Pertalite memang belum diketok palu, namun spekulasinya makin tak terbendung. Emiten penyedia layanan taksi PT Blue Bird Tbk. (BIRD) pun mulai menyiapkan siasat agar naiknya harga bahan bakar tidak berimbas terhadap margin laba bersih secara signifikan.
Wakil Direktur Utama Blue Bird Adrianto Djokosoetono tidak menampik bahwa kenaikan harga BBM akan memiliki dampak bagi operasional BIRD. Sebab, sebagian besar armada taksi Blue Bird menggunakan BBM untuk operasional sehari-hari.
"Sementara berdasarkan tren kenaikan harga BBM selama belasan tahun terakhir, hal tersebut awalnya sedikit banyak akan berdampak pada tren permintaan taksi. Namun demikian, biasanya kami mengharapkan koreksi permintaan terjadi dalam beberapa minggu setelahnya sebagai masa penyesuaian," jelasnya kepada Bisnis, Rabu (31/8/2022).
Lebih lanjut, ketika harga BBM naik yang merupakan variabel biaya yang cukup signifikan, BIRD menyiasatinya dengan sejumlah cara.
BIRD meningkatkan efisiensi biaya dan operasional yang berdampak pada layanan konsumen maupun kinerja perusahaan melalui beberapa langkah strategis seperti mengonversi 23 persen dari total armada Blue Bird yang beroperasional ke bahan bakar CNG (Compressed Natural Gas).
Emiten berlogo burung ini juga melakukan pengadaan taksi listrik, efisiensi mesin melalui perawatan berkala dan inovasi bengkel.
"Kami berharap langkah-langkah ini dapat membantu Perseroan meningkatkan efisiensi operasional dan mengurangi wacana dampak kenaikan BBM ke depan," terangnya.
Baca Juga : Blak-blakan Bos Blue Bird (BIRD) dari Ekspansi, Efek Harga BBM hingga Gugatan Rp11 Triliun |
---|
Lebih lanjut, BIRD memiliki jurus terakhir jika kenaikan harga BBM ini menggerogoti margin laba bersih perseroan yakni melalui penyaluran beban ke konsumen alias menyesuaikan tarif taksinya.
"Saat ini kami belum melakukan perubahan tarif yang secara khusus dilakukan atas penyesuaian terhadap wacana kenaikan harga Pertalite. Bluebird akan menunggu keputusan resmi dari pemerintah mengenai ketentuan harga Pertalite yang baru sebagai acuan dasar perhitungan tarif taksi yang baru," tambahnya.
Penyesuaian tarif tersebut akan dilakukan dengan mempertimbangkan kemampuan daya beli konsumen dan kondisi pasar. Strategi ini sejalan dengan komitmen memberikan layanan mobilitas terbaik yang aman, nyaman dan dapat diandalkan bagi seluruh masyarakat Indonesia.
BIRD hingga paruh pertama tahun ini mencatatkan kinerja cemerlang dengan laba bersih Rp148 miliar. Kinerja tersebut tumbuh 593 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Di periode ini, margin laba kotor perseroan naik hingga 20 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya.
Pada paruh pertama 2022, burung biru ini membukukan pendapatan tertinggi selama periode pandemi Covid-19, atau naik 48 persen menjadi Rp1,548 triliun, yang hampir setara dengan pendapatan perseroan selama periode pra pandemi.
Laba operasional BIRD pada Semester I/2022 meningkat tajam hingga 386 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.