Bisnis.com, JAKARTA - PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) memiliki sejumlah strategi untuk meningkatkan profit dalam jangka panjang, kendati masih mencatatkan pembukuan rugi.
Mengutip laporan keuangan per Juni 2022, manajemen GOTO menjelaskan untuk periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2022 dan 31 Desember 2021, Grup mencatat total akumulasi rugi masing-masing sebesar Rp92,77 triliun dan Rp79,12 triliun.
Melalui pertumbuhan ekosistem, GOTO menargetkan sinergi ekosistem untuk dapat menumbuhkan basis Pengguna, Mitra-Pengemudi dan Pedagang secara efisien.
"Peningkatan profitabilitas akan didorong oleh peningkatan monetisasi dan penurunan persentase biaya dari pendapatan melalui perbaikan operasional dan efisiensi pemasaran dan promosi," tulis manajemen GOTO, seperti dikutip dari laporan keuangan.
Berikut tiga strategi yang dijalankan GOTO untuk meningkatkan profit.
- Meningkatkan strategi monetisasi Grup. Saat ini GOTO terus meningkatkan monetisasi seiring berkembangnya bisnis dengan mendorong layanan nilai tambah kepada pelanggan, pedagang, dan mitra pengemudi.
- Integrasi operasi yang kuat akan menghasilkan pengalaman yang lebih baik bagi pelanggan, network effect yang semakin menguat dan efisiensi/peluang yang lebih besar bagi mitra GOTO di seluruh platform untuk mencapai skala ekonomi yang lebih baik.
- Mengoptimalisasi insentif kepada pelanggan dan melakukan efisiensi dalam kegiatan operasional. Biaya untuk memperoleh pelanggan juga akan berkurang di masa mendatang seiring dengan peningkatan intensitas penggunaan aplikasi oleh pelanggan dan program loyalitas kepada pelanggan.
Per Juni 2022, GOTO membukukan pertumbuhan gross transaction value (GTV) 42 persen year-on-year (yoy) mencapai Rp290,5 triliun.
Secara total, pendapatan bruto GOTO pada semester I/2022 melesat menjadi Rp10,74 triliun dari Rp5,37 triliun pada semester I/2021. Namun, pendapatan bruto dikurangi promosi kepada pelanggan Rp7,34 triliun sehingga menjadi Rp3,39 triliun per Juni 2022.
Baca Juga
Meski pendapatan bertumbuh, berbagai beban GOTO setelah merger meningkat, seperti beban penjualan dan pemasaran menjadi Rp6,35 triliun per Juni 2022 dari sebelumnya Rp1,89 triliun, dan beban umum serta administrasi Rp5,75 triliun dari sebelumnya Rp3,83 triliun.
GoTo pun mencatatkan rugi bersih Rp13,65 triliun pada semester I/2022, meningkat dari rugi bersih Rp6,28 triliun pada semester I/2021.
Andre Soelistyo, Direktur Utama Grup GoTo menjelaskan, pada kuartal II/2022, perseroan terus fokus pada pertumbuhan bisnis yang berkualitas dan berkesinambungan. Nilai transaksi bruto (GTV) dan pendapatan bruto perseroan terus tumbuh, jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
"Tren pertumbuhan ini semakin mendorong percepatan langkah kami menuju profitabilitas. Lebih jauh, strategi GOTO untuk mengedepankan diferensiasi produk serta bergeser dari bisnis berbasis insentif, membuahkan hasil yang baik," paparnya dalam siaran pers.
Sejak implementasi strategi tersebut, penggunaan lintas platform meningkat serta memberikan ruang untuk menajamkan fokus, meningkatkan jumlah pelanggan setia dengan monetisasi bernilai tinggi.
“Di tengah tantangan makroekonomi yang masih berlanjut, kami memperkokoh kepemimpinan di Indonesia, memperluas keragaman dan pendalaman ekosistem untuk terus mengembangkan bisnis. Secara keseluruhan, industri ini akan terus beradaptasi di tengah perubahan yang sangat cepat," jelasnya.
Memahami situasi tersebut, GoTo akan terus mengimplementasikan efisiensi biaya dan mendorong sinergi optimal dalam ekosistem.