Bisnis.com, JAKARTA — Emiten properti Grup Ciputra, PT Ciputra Development Tbk. (CTRA) berpotensi terkena dampak kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) jangka pendek, namun tetap prospektif ke depan.
Analis NH Korindo Sekuritas, Arief Machrus mengatakan, kebijakan hawkish BI menaikkan suku bunga acuan (7DRRR) sebesar 25 bps menjadi 3,75 persen berdampak pada penyesuaian mortgage rate sektor properti seiring 58 persen konsumen CTRA yang melakukan pembayaran dengan skema mortgage.
“NHKSI Research melihat kenaikan BI 7DRRR yang hanya sebesar 25 bps membuat besaran penyesuaian mortgage rate tidak akan terlalu signifikan, karena tenor mortgage cenderung berlaku untuk jangka panjang,” ujarnya dalam riset yang dikutip, Senin (29/8/2022).
Di sisi lain, kenaikan suku bunga acuan yang bersifat sementara untuk merespon inflasi hanya karena supply factor, dan bukan demand factor yang dapat terjadi dalam jangka panjang.
Sepanjang semester I/2022, CTRA meraih marketing sales senilai Rp3,9 triliun, naik 12 persen secara tahunan atau setara 51,1 persen target tahun ini Rp7,8 triliun.
Marketing sales CTRA ditopang penjualan houses dan land lots yang berkontribusi sebesar 78 persen, disusul shophouses 16 persen, apartemen 5 persen, dan perkantoran 1 persen.
Baca Juga
Salah satu katalisnya yaitu masyarakat yang masih memanfaatkan insentif diskon PPN yang diberikan pemerintah.
“Penjualan unit CTRA akan didukung oleh peluncuran unit baru dan fasilitas pembiayaan mortgage,” pungkasnya.
Selain penjualan bersih dari berbagai sektor, kinerja keuangan CTRA juga didukung recurring income dari pendapatan usaha shopping centers dengan porsi mencapai 5,9 persen dari total pendapatan paruh pertama tahun ini.
“NH Korindo melihat shopping center masih akan menjadi tempat hiburan strategis, seiring masih minimnya ruang publik bagi masyarakat saat ini,” imbuh Arief.
NH Korindo merekomendasikan beli saham CTRA dengan target harga Rp1.500 per lembar didukung marketing sales yang solid dan porsi recurring income yang terjaga.
Risiko investasi mencakup berakhirnya insentif diskon PPN properti dari pemerintah dan tren kenaikan suku bunga acuan BI. Pada perdagangan sesi pertama Bursa Efek Indonesia, Senin (29/8/2022) saham CTRA turun 1,02 persen ke level Rp970.
Saham berkapitalisasi pasar Rp17,82 triliun tersebut telah mencatatkan transaksi 5,79 juta saham senilai Rp5,59 miliar.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.