Bisnis.com, JAKARTA — Emiten pengelola Hotel Alila, PT Bukit Uluwatu Villa Tbk. (BUVA) tengah melakukan sejumlah upaya strategis demi perbaikan kinerja perseroan sejak masuk radar delisting Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Januari tahun ini.
Sekretaris Perusahaan Bukit Uluwatu Villa, Benita Sofia mengatakan, BUVA mengalami pukulan sangat berat akibat Covid-19 selama lebih dari 24 bulan, dan untuk pertama kalinya pada Januari 2022 beberapa hotel mulai membukukan laba seiring pariwisata Bali yang semakin membaik.
“Tingkat hunian hotel perseroan sampai dengan Juli 2022 sebesar 33,8 persen, menunjukkan peningkatan dari 14 persen di periode yang sama tahun 2021,” jelas Benita dalam keterangan resmi, dikutip Senin (29/8/2022).
Dia menambahkan, saat ini kondisi operasional 4 hotel BUVA yaitu Alila Villas Uluwatu, Alila Ubud dan Alila Manggis di Bali, serta Alila SCBD di Jakarta telah berangsur membaik dan mulai menunjukkan pertumbuhan meski belum mencapai kondisi prapandemi.
Beberapa entitas anak BUVA yang masih dalam bentuk proyek dan belum beroperasi di antaranya Alila Villas Bintan (PT Bukit Lagoi Villa) dan condotel The Cliff (PT Bukit Nusa Harapan) yang statusnya masih berhenti.
BUVA melakukan sejumlah strategi sepanjang 2022 hingga 2023, di antaranya pembayaran kewajiban annual listing fee (ALF) tahun 2021 kepada bursa, penyampaian laporan keuangan, pembayaran denda terkait, serta perbaikan kinerja.
Benita merincikan, pada kuartal II/2022 sampai kuartal III/2022, BUVA melaksanakan sebagian pembayaran kepada KAP dengan segera menyelesaikan penyusunan laporan keuangan audit perseroan tahun 2020 dan 2021, serta menyampaikan kepada bursa dan OJK.
Selain itu, BUVA juga melunasi kewajiban pembayaran ALF tahun 2021 dan 2022, serta mencicil pembayaran kewajiban terhutang kepada karyawan dan pemasok.
Sementara itu, pada kuartal ketiga dan keempat tahun ini, BUVA akan melaksanakan public expose tahun 2020 dan 2021, serta menyampaikan laporan tahunan kepada BEI dan OJK agar perdagangan saham perseroan dapat dibuka kembali.
Adapun pada kuartal kedua dan ketiga 2023, BUVA akan melaksanakan aksi korporasi dengan menggunakan laporan keuangan audit yang berakhir pada 30 Desember 2022 atau 31 Maret 2023.
Benita menambahkan, saat ini kendala terbesar yang dihadapi manajemen BUVA yaitu belum pulihnya industri pariwisata di Indonesia secara penuh, khususnya di Bali yang berdampak pada rendahnya tingkat hunian atau jumlah tamu hotel.
“Saat ini, upaya yang telah kami lakukan untuk kelangsungan usaha adalah perbaikan rutin fisik hotel yang tertunda, melakukan renovasi fasilitas, menggiatkan kegiatan promosi dan pemasaran untuk memperluas basis tamu, serta terus membuka kemungkinan masuknya investor baru,” tutupnya.
Sebagai informasi, BUVA telah menunggak alias belum melakukan pembayaran ALF 2021 per 15 Juli 2021. BEI pun melakukan suspensi sementara perdagangan saham BUVA di pasar reguler dan pasar tunai.