Bisnis.com, JAKARTA - Laba bersih emiten batu bara PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) yang mencapai Rp6,1 triliun pada semester I/2022 melampaui ekspektasi analis.
PTBA membukukan pendapatan Rp18,42 triliun pada semester I/2022, seperti dikutip dari laporan keuangannya di Harian Bisnis Indonesia. Nilai itu melonjak 79,01 persen year on year (yoy) dari sebelumnya Rp10,29 triliun pada semester I/2021.
Beban pokok pendapatan PTBA mencapai Rp10,07 triliun per Juni 2022 dari sebelumnya Rp6,74 triliun. Namun, PTBA berhasil mencatatkan kenaikan laba bruto menjadi Rp8,35 triliun pada semester I/2022 dari sebelumnya Rp3,54 triliun.
PTBA meraih laba tahun berjalan yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk Rp6,16 triliun per Juni 2022. Laba bersih tersebut melonjak 246,14 persen yoy dari sebelumnya Rp1,77 triliun pada semester I/2021.
"Kami dapat mengharapkan PTBA untuk menghasilkan pertumbuhan 50 persen laba bersih secara kuartalan lebih tinggi pada kuartal II/2022 menjadi Rp3,4 triliun. Dengan begitu, laba bersih Semester I/2022 menjadi Rp5,7 triliun, tumbuh 3,2 kali lipat secara tahunan, 47 persen dari perkiraan tahun penuh 2022 kami," katanya.
Baca Juga
Dengan estimasi laba bersih Rp5,7 triliun, artinya realisasi laba bersih PTBA pada semester I/2022 senilai Rp6,16 triliun melampaui ekspektasi.
Lebih lanjut, Edward menilai perubahan pajak royalti batubara berdampak terbatas. PTBA sebagai pemegang IUP untuk semua konsesi batu baranya akan dikenakan pajak royalti baru mulai 15 September 2022.
Dari pajak royalti baru ini, PTBA diperkirakan menghasilkan estimasi laba bersih 3 persen dan 11 persen lebih rendah pada 2022 dan 2023.
Korea Investment dan Sekuritas Indonesia menilai ada potensi kenaikan mungkin berasal dari implementasi BLU batu bara yang sedang dibahas dan menguntungkan penambang dengan porsi penjualan domestik yang tinggi melalui kompensasi. Korea Investment merevisi turun target harga saham PTBA menjadi Rp4.750 dari harga Rp5.000 dengan rekomendasi beli.