Bisnis.com, JAKARTA – Bank Indonesia mengumumkan kenaikan suku bunga acuan pada Selasa (23/8/2022), diluar dugaan analis pasar modal. Hal ini diperkirakan bakal mempengaruhi perlambatan pertumbuhan ekonomi dan percepatan inflasi.
Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk meningkatkan suku bunga 7DRRR sebanyak 25 basis poin (bps) menjadi 3,75 persen. Langkah tersebut diambil untuk mengantisipasi lonjakan inflasi akibat kenaikan harga Pertalite RON 90 di masa mendatang.
Menyusul pengumuman BI, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan dukungannya untuk kenaikan harga pertalite dengan mengatakan pembatasan konsumsi bahan bakar bersubsidi tidak cukup untuk mencegah kenaikan lebih lanjut anggaran subsidi energi dan kompensasi.
Dalam kasus terburuk, ia memperkirakan anggaran untuk subsidi dan kompensasi energi akan mencapai Rp700 triliun atau naik 40 persen dari anggaran saat ini sebesar Rp502 triliun.
Macro Equity Strategist Samuel Sekuritas Indonesia Lionel Priyadi menyebutkan, meski pemerintah belum menentukan besaran kenaikan harga Pertalite, tapi ada kemungkinan kenaikannya bisa mencapai 31 persen menjadi Rp10.000 per liter.
“Kami menghitung kenaikan tersebut akan mendorong inflasi hingga mencapai 6 persen tahun ini. Kami pikir efeknya pada pertumbuhan PDB akan cukup lama, dan memperlambat pertumbuhan PDB menjadi 4,7 persen pada 2022 dan 4,6 persen pada 2023, yang juga disebabkan efek tahun pemilu,” kata Lionel dalam riset harian, Rabu (24/8/2022).
Baca Juga
Terkait dengan keputusan pemerintah tersebut, Samuel Sekuritas Indonesia merekomendasikan investor untuk menghindari saham peritel dengan eksposur tinggi pada sektor konsumen kelas bawah, restoran, makanan, mobil, media, teknologi, konstruksi, serta bank digital dan kecil.
“Kami juga merekomendasikan investor untuk memperbanyak cash dan memperkuat posisi defensif di sektor retail staples, consumer staples, peritel dengan eksposur tinggi ke konsumen kelas menengah dan atas, bank besar, telekomunikasi, dan menara telekomunikasi,” ungkapnya.