Bisnis.com, JAKARTA – Emiten properti PT Ciputra Development Tbk. (CTRA) tak bisa segera mereguk tuah penaikan anggaran rumah bersubsidi pada 2023.
Seperti diketahui, pemerintah menambah anggaran untuk rumah subsidi pada 2023 melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara menjadi Rp 34,2 triliun. Hal ini disambut baik oleh perusahaan properti, tetapi mencari pasarnya tak semudah membalikkan telapak tangan.
Direktur PT Ciputra Development Tbk. (CTRA) Harun Hajadi mengatakan bahwa adanya tambahan anggaran untuk rumah subsidi bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) dan Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) itu merupakan hal yang patut diapresiasi.
“Ini berarti akan lebih banyak lagi orang yang mampu membeli rumah segera,” kata Harun kepada Bisnis, dikutip Minggu, (21/8/2022).
Kendati demikian, Harun menjelaskan, perusahaan properti tidak bisa tiba-tiba menambah portofolio dan berfokus pada segmen perumahan untuk MBR dan FLPP.
“Kami tidak bisa sefleksibel itu, karena semua proyek tergantung dari pasarnya masing-masing, tergantung lokasi dan kotanya,” jelas Harun.
Baca Juga
Sebagai informasi, pada Selasa (16/8/2022), Pemerintah mengumumkan melalui APBN 2023 bahwa sebanyak Rp34,2 triliun akan disalurkan untuk subsidi rumah rakyat.
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono menyebutkan anggaran untuk rumah subsidi tersebut meningkat dari tahun lalu sebesar Rp29,1 triliun lewat beberapa program.
"Bantuan pembiayaan perumahan, FLPP dan sebagainya yang tadi sekitar Rp29,1 triliun, tahun depan dialokasikan di BUN itu Rp34,2 triliun," kata Basuki
Pembiayaan perumahan ini tersalur melalui pembiayaan Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP), Subsidi Bantuan Uang Muka (SBUM), PSU, dan bantuan rumah swadaya. Jika diperinci, target penggunaan APBN 2023 untuk subsidi rumah rakyat melalui FLPP yaitu 220.000 unit, SBUM sebanyak 220.000 unit, SSB sebanyak 754.004 unit, dan Tapera sebanayk 54.924 unit.
Pada pasar CTRA sendiri sampai dengan semester I/2022, berdasarkan segmentasi, rumah dengan harga di kisaran Rp2 miliar – Rp5 miliar menyumbang porsi terbesar pendapatan CTRA hingga 38 persen, kemudian disusul segmen Rp1 miliar – Rp2 miliar sebesar 28 persen, di bawah 1 miliar 20 persen dan di atas Rp5 miliar 15 persen.
Adapun, sepanjang semester pertama 2022, CTRA mencatatkan capaian prapenjualan hampir Rp4 triliun dengan perincian sebanyak Rp2,2 triliun dari proyek kerja sama operasi dan Rp1,78 triliun dari proyek sendiri. Capaian tersebut naik dari tahun sebelumnya di periode yang sama hanya mencapai 3,56 triliun.
Tren produk Rp2 miliar paling banyak diminati, bergeser dari tahun sebelumnya di mana segmen hunian di bawah Rp1 miliar dan Rp1 miliar - Rp2 miliar lebih besar. Menurut Manajemen CTRA, ketika masa sulit masyarakat banyak yang cenderung beli rumah di harga rendah.
Dengan pulihnya ekonomi, pasar sudah banyak yang siap untuk investasi atau upgrade rumah yang lebih besar di atas Rp2 miliar.