Bisnis.com, JAKARTA - Emiten produsen Semen Tiga Roda PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. (INTP) mencatatkan peningkatan pendapatan sepanjang enam bulan pertama 2022. Namun, laba bersih perseroan turun sepanjang semester I/2022.
Emiten berkode saham INTP ini tercatat membukukan volume penjualan domestik (semen dan klinker) secara keseluruhan sebesar 7,5 juta ton pada semester I/2022, turun 448.000 ton atau 5,6 persen dari volume semester I/2021.
Volume penjualan semen domestik (tanpa klinker) tercatat sebesar 7,1 juta ton, turun 302.000 ton atau 4,1 persen dibandingkan volume pada semester I/2021 yang menyebabkan pangsa pasar domestik perseroan menjadi 24,3 persen.
Penjualan ekspor INTP juga tercatat menurun 25,9 persen dari 222.000 ton pada semester I/2021, menjadi 165.000 ton di semester I/2022.
Meski demikian, pendapatan bersih INTP meningkat 3,7 persen menjadi Rp6,91 triliun dari Rp6,66 triliun dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yang disebabkan oleh kenaikan harga jual pada tahun ini di Maret dan Juni.
Manajemen INTP menjelaskan, biaya energi menjadi perhatian utama di industri semen sejak tahun lalu. Konflik yang sedang berlangsung dari perang di Eropa Timur telah membuat situasi menjadi lebih tidak terduga dengan rekor harga batu bara terjadi kembali di Juni 2022.
Baca Juga
Harga energi diperkirakan tetap tinggi dengan mengingat permintaan akan meningkat dari musim dingin yang akan datang.
"Kami telah menaikkan harga jual semen kantong pada Maret dan Juni tahun ini untuk meneruskan sebagian dari kenaikan biaya energi tersebut," tulis manajemen dalam keterangan resmi, Jumat (19/8/2022).
INTP memperkirakan volume penjualan semen curah akan tetap tinggi sebagai akibat cuaca panas, dan telah dimulainya beberapa proyek komersial dan pengeluaran anggaran akhir tahun (year-end budget spending) untuk proyek infrastruktur di semester II/2022 ini.
Sementara itu, beban pokok pendapatan INTP pada semester I/2022 naik 12,5 persen dari Rp4,57 triliun, menjadi Rp5,14 triliun, yang disebabkan oleh kenaikan biaya energi, terutama dari melonjaknya harga batu bara dan harga BBM Industri.
Manajemen INTP melanjutkan, untuk mengurangi biaya energi, perseroan terus meningkatkan pemakaian konsumsi bahan bakar alternatif dari 12,2 persen pada akhir 2021 menjadi 17,6 persen pada Juni 2022. Hal tersebut termasuk peningkatan penggunaan batu bara berkalori rendah (LCV) dari 88 persen menjadi 90 persen.
Beban usaha juga naik sebesar 1,2 persen dari Rp1,48 triliun menjadi Rp1,50 triliun, disebabkan oleh kenaikan biaya transportasi dan penyusutan dari penambahan aset-aset sewa pada 2022.
Akibatnya, marjin laba usaha INTP turun dari 9,6 persen menjadi 4,8 persen dan marjin EBITDA berkurang dari 19,2 persen menjadi 13,3 persen pada semester I/2022.
Laba periode berjalan INTP juga tercatat turun 50,3 persen dari Rp586,6 miliar menjadi Rp291,5 miliar untuk semester I/2022.