Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas menguat pada akhir perdagangan Rabu (10/8/2022) waktu Jakarta, ditopang oleh dolar AS yang melemah jelang laporan data inflasi AS.
Kenaikan harga ini memperpanjang keuntungan emas di atas level psikologis 1.800 dolar AS untuk hari kedua berturut-turut.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Desember di divisi Comex New York Exchange, terdongkrak US$7,1 atau 0,39 persen, menjadi ditutup pada US$1.812,30 per ounce. Ini adalah harga penyelesaian tertinggi untuk emas sejak 29 Juni.
Emas berjangka naik US$14 atau 0,78 persen menjadi US$1.805,20 pada Senin (8/8/2022), setelah anjlok US$15,7 atau 0,87 persen menjadi US$1.791,20 pada Jumat (5/8/2022), dan melonjak US$30,5 atau 1,72 persen menjadi US$1.806,90 pada Kamis (4/8/2022).
Harga emas bergerak di atas level kunci US$1.800 untuk hari kedua berturut-turut pada Selasa (9/8/2022) karena para analis memperkirakan inflasi Juli akan melemah sehingga kenaikan suku bunga Federal Reserve tidak akan seagresif yang diperkirakan sebelumnya dan memberikan tekan terhadap dolar.
Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama saingannya, terakhir turun 0,06 persen pada 106,3750.
Baca Juga
"Harga emas menguat menjelang laporan inflasi penting yang dapat memiringkan skala ekspektasi kenaikan suku bunga Fed," kata Ed Moya, analis di platform perdagangan daring OANDA, dikutip dari Xinhua.
Menurut Moya, emas mendapat dorongan hari ini dari aliran safe-haven karena saham melemah dan dolar melemah. "Jika inflasi mereda sedikit lebih dari yang diperkirakan, emas dapat bergerak menuju wilayah US$1.850. Risiko geopolitik tetap tinggi dan itu bisa membuat emas tetap didukung di atas 1.800 dolar AS hingga akhir tahun."
Emas mendapat dukungan tambahan karena Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan pada Selasa (9/8/2022) bahwa produktivitas pekerja nonpertanian AS turun 4,6 persen setiap tahun pada kuartal kedua, penurunan paling tajam secara tahunan sejak 1948.
Sementara itu, laporan produktivitas menunjukkan bahwa biaya tenaga kerja per unit AS meningkat 10,6 persen pada kuartal kedua, lebih buruk dari yang diperkirakan.
Namun demikian, Federasi Nasional Bisnis Independen melaporkan pada Selasa (9/8/2022) bahwa Indeks Optimisme Bisnis Kecil naik ke 89,9 pada Juli dari 89,5 di bulan sebelumnya, sedikit membatasi pertumbuhan emas.
Investor juga menunggu rilis indeks harga konsumen (IHK), pengukuran utama inflasi lainnya, pada Rabu waktu setempat.
Berlawanan dari harga emas, perak untuk pengiriman September merosot 13,2 sen atau 0,64 persen, menjadi ditutup pada US$20.482 per ounce. Sementara itu, platinum untuk pengiriman Oktober tergelincir US$5,4 dolar AS atau 0,58 persen, menjadi ditutup pada US$933 per ounce.