Bisnis.com, JAKARTA – Harga emas bergerak turun pada akhir perdagangan Jumat (5/8/2022) setelah pertumbuhan lapangan kerja AS secara tak terduga lebih tinggi pada Juli 2022. Hal itu berbanding terbalik dengan kekhawatiran bahwa inflasi dan tingkat suku bunga yang melonjak akan menekan permintaan tenaga kerja AS.
Berdasarkan data Bloomberg, harga emas Comex terakhir diperdagangkan turun 15,70 poin atau 0,87 persen ke US$1.791,20 per troy ons. Sementara itu, harga emas Spot turun 15,78 poin atau 0,88 persen ke US$1.775,5 per troy ons.
Menurut Departemen Tenaga Kerja AS, non-farm payrolls naik 528.000 selama satu bulan dibandingkan angka yang direvisi 398.000 di bulan Juni.
Analis memperkirakan angka tersebut akan meluncur ke 250.000. Tingkat pengangguran juga sedikit lebih rendah menjadi 3,5 persen.
Pasar tenaga kerja yang kuat kemungkinan akan berarti lebih banyak kenaikan suku bunga dari Federal Reserve.
"Pertumbuhan lapangan kerja diperkirakan akan melambat karena The Fed terus menaikkan suku bunga untuk menjinakkan lonjakan inflasi, tetapi laporan ini menunjukkan pasar tenaga kerja masih berjalan baik," ungkap Tim Analis MIFX dalam riset, dikutip Minggu (7/8/2022).
Baca Juga
Laporan ini sangat penting karena merupakan salah satu dari dua yang akan dilihat oleh bank sentral sebelum memutuskan berapa banyak untuk menaikkan suku bunga pada pertemuan September.
Selain itu, menguatnya dolar AS di tengah kenaikan tingkat imbal hasil obligasi tenor 10 tahun AS juga membebani kinerja harga emas.
MIFX memperkirakan harga emas berpeluang dijual menguji level support US$1.776 selama tidak mampu menembus level resistance US$1789.
Namun, bila mampu bergerak lebih tinggi dari level resistance tersebut, harga emas berpotensi dibeli menargetkan level resistance selanjutnya US$1.796.