Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Emisi Obligasi Tembus Rp90 Triliun, Bagaimana hingga Akhir Tahun?

Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat total emisi obligasi dan sukuk sepanjang 2022 telah mencapai Rp90,28 triliun.
Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat total emisi obligasi dan sukuk sepanjang 2022 telah mencapai Rp90,28 triliun. Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat total emisi obligasi dan sukuk sepanjang 2022 telah mencapai Rp90,28 triliun. Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat total emisi obligasi dan sukuk sepanjang 2022 telah mencapai Rp90,28 triliun.

Seluruh total obligasi dan sukuk yang sudah tercatat sepanjang 2022 sebanyak 74 emisi dari 56 emiten senilai Rp90,28 triliun. Dengan pencatatan tersebut maka total emisi obligasi dan sukuk yang tercatat di BEI berjumlah 494 emisi.

Adapun total nilai nominal outstanding sebesar Rp436,44 triliun dan USD47,5 juta, diterbitkan oleh 122 emiten. Surat Berharga Negara (SBN) tercatat di BEI berjumlah 156 seri dengan nilai nominal Rp4.889,52 triliun dan USD211,84 juta. EBA sebanyak 10 Emisi senilai Rp3,98 triliun.

Sebelumnya, Head of Fixed Income Research BNI Sekuritas, Amir Dalimunthe mengatakan, dari sisi permintaan prospek pasar obligasi korporasi Indonesia masih cukup menarik. Hal tersebut seiring dengan sikap investor yang melakukan diversifikasi portofolio untuk meningkatkan returnnya sampai akhir tahun.

Meski demikian, Amir memprediksi pasokan surat utang korporasi hingga akhir tahun ini akan cenderung lebih rendah dibandingkan total jatuh tempo. Data dari BNI Sekuritas mencatat, total obligasi korporasi yang akan jatuh tempo pada tahun 2022 adalah sebesar Rp137 triliun.

“Proyeksi kami untuk penerbitan obligasi korporasi full year 2022 cenderung konservatif, yaitu sebesar Rp120 triliun,” katanya dikutip Sabtu (6/8/2022).

Menurutnya, minimnya minat obligor untuk menerbitkan surat utang utamanya disebabkan oleh tren suku bunga global yang mulai naik. Selain itu, risiko inflasi juga semakin meningkatkan volatilitas pasar surat utang.

Hal ini membuat korporasi cenderung bersikap wait and see terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk menerbitkan surat utang.

Ia menambahkan, kebutuhan emiten – emiten dengan rating utang yang baik untuk emisi obligasi juga cenderung rendah. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh rendahnya jumlah anggaran belanja modal atau capital expenditure (capex) pada tahun ini.

“Emiten – emiten pemain lama di pasar obligasi dan yang rating bagus cenderung belum membutuhkan. Sementara, emiten – emiten yang pemain baru dan ratingnya kurang optimal harus mempertimbangkan kondisi pasar terlebih dahulu,” jelasnya.

Adapun, Amir memprediksi emisi surat utang korporasi hingga akhir tahun 2022 akan didominasi oleh sektor finansial, terutama dari multifinance.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper