Bisnis.com, JAKARTA – Emiten–emiten berskala kecil dan menengah mendominasi aktivitas penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO) pada tahun 2022 di Indonesia.
Berdasarkan data yang dikumpulkan Bisnis melalui Bursa Efek Indonesia (BEI), hingga awal Agustus 2022, sebanyak 30 perusahaan telah melaksanakan IPO dengan total dana yang dihimpun mencapai Rp19,5 triliun.
Nilai IPO terbesar yang didapat pada tahun ini masih dipegang oleh PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) yang berhasil meraup dana Rp13,7 triliun.
Setelah GOTO, belum ada perusahaan yang mencatatkan nilai IPO lebih dari Rp1 triliun. Jumlah dana IPO perusahaan Indonesia pada tahun ini berada di rentang Rp20 miliar hingga Rp650 miliar.
Teranyar, calon perusahaan tercatat PT Mora Telematika Indonesia Tbk. (MORA) menetapkan harga final penawaran saham perdana Rp396 per saham. MORA akan melepas 2,61 miliar saham atau sebanyak-banyaknya 11 persen dari modal ditempatkan dan disetor perseroan.
Dalam prospektusnya, MORA menyampaikan nilai nominal dari saham MORA adalah sebesar Rp100 per saham. Dengan penawaran ini, perseroan diperkirakan mampu mengumpulkan dana hingga Rp1,03 triliun.
Baca Juga
Terkait hal tersebut, Pengamat pasar modal Iwanho menuturkan, tren nilai IPO yang cenderung kecil disebabkan oleh sejumlah faktor. Menurutnya, salah satu faktor yang memicu kemunculan tren ini adalah banyak grup – grup perusahaan besar yang memilih untuk membawa anak usahanya melantai terlebih dahulu.
“Mereka mencoba menjajal dengan perusahaan yang lebih kecil dulu untuk mengetes pasarnya. Perusahaan besar cenderung lebih wait and see dan melihat timing pasar yang pas,” jelasnya saat dihubungi, Rabu (3/8/2022).
Faktor lain yang menyebabkan tren ini adalah kebutuhan pendanaan. Iwanho mengatakan, perusahaan berskala kecil dan menengah tersebut mencari alternatif pendanaan selain pasar konvensional seperti perbankan seiring dengan semakin terbukanya akses ke pasar modal Indonesia.
Ia menambahkan, minat dan serapan pasar terhadap emiten berskala kecil dan menengah juga relatif baik. Hal ini mengingat masing – masing investor memiliki pangsa pasarnya masing – masing.
“Serapan yang bagus turut didukung oleh jumlah investor ritel Indonesia yang sekarang lumayan banyak dan aktif juga,” lanjutnya.
Ke depannya, Iwanho mengatakan emiten – emiten berskala kecil dan menengah masih akan meramaikan pasar IPO Indonesia setidaknya hingga akhir tahun ini. Hal tersebut dapat terjadi jika kondisi pasar tidak terganggu sejumlah sentimen eksternal yang luar biasa, seperti The Fed yang menaikkan suku bunga secara drastis.
Secara umum, Iwanho juga optimistis kegiatan IPO di semester II/2022 akan tetap tinggi. Prospek ini didukung oleh pertumbuhan jumlah investor ritel di Indonesia yang cukup pesat. Selain itu, tren pertumbuhan ekonomi Indonesia yang masih positif juga akan semakin menggairahkan minat calon emiten untuk masuk ke bursa.
“Saat ini juga sepertinya sudah memasuki tahun politik menjelang Pemilu 2024 yang disinyalir akan memanaskan dunia pasar modal juga,” pungkasnya.