Bisnis.com, JAKARTA - Kinerja emiten rokok golongan 2 seperti PT Wismilak Inti Makmur Tbk. (WIIM) serta PT Bentoel Internasional Investama Tbk. (RMBA) mengalami pertumbuhan laba bersih di semester I/2022.
Kinerja kedua emiten tersebut berbanding terbalik dengan produsen rokok golongan I, yaitu PT HM Sampoerna Tbk. (HMSP) dan PT Gudang Garam Tbk. (GGRM) yang mencatatkan koreksi pada laba bersihnya.
Analis Mirae Asset Sekuritas Christine Natasya dan Rut Yesika Simak dalam risetnya mengenai GGRM dan HMSP menyebutkan, dua emiten rokok raksasa tersebut masih belum dapat sepenuhnya meneruskan peningkatan tarif cukai ke pelanggan.
Sementara itu, Analis Senior CSA Research Institute Reza Priyambada mengatakan, adanya peningkatan beban pokok pendapatan kedua emiten rokok golongan I ini, terutama dari sisi cukai menjadi tantangan untuk bisa tetap bertahan.
Menurutnya, peningkatan tarif cukai membuat produsen rokok golongan I melakukan inovasi dengan menghadirkan varian produk yang lebih murah.
"Maka dari itu, emiten rokok melakukan inovasi dari sisi produk, sehingga varian produk rokok saat ini banyak macamnya," ucap Reza, dihubungi Selasa (2/8/2022).
Baca Juga
Dia melanjutkan, selain tantangan dari cukai dan peralihan konsumsi konsumen ke merek yang lebih murah, menurutnya dampak dari Covid-19 membuat kesadaran masyarakat untuk hidup sehat menjadi semakin tinggi.
"Sementara ya rokok itu kan produk non-sehat, maka ini juga menjadi tantangan bagi emiten rokok, sekaligus inovasi produk. Misalnya dengan meluncurkan produk low nikotin sehingga produknya tetap diminati," tutur dia.
Sebagai informasi, penjualan bersih WIIM hingga semester I/2022 tumbuh 38,2 persen menjadi Rp1,63 triliun, dari sebelumnya sebesar Rp1,17 triliun. WIIM juga mencatatkan laba bersih Rp82,15 miliar, naik 30,3 persen dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp63,03 miliar.
Begitu juga dengan RMBA yang mencatatkan penurunan pendapatan menjadi Rp3,38 triliun di semester I/2022, dari Rp4,8 triliun di semester I/2021 atau turun 30 persen secara tahunan atau year on year (yoy). Akan tetapi, RMBA tercatat mampu membalikkan kerugian menjadi laba bersih sebesar Ro16,01 miliar semester I/2022.
Sementara itu, HMSP membukukan peningkatan penjualan menjadi Rp53,5 triliun di semester I/2022, tetapi dengan laba bersih yang terkoreksi 26,2 persen menjadi Rp3,04 triliun sepanjang 6 bulan pertama 2022.
Adapun GGRM mencetak pendapatan Rp61,6 triliun, dengan laba bersih yang turun menjadi Rp956 miliar di semester I/2022.
Dengan kinerja tersebut, Reza memberikan rekomendasi netral untuk emiten di industri rokok. Sementara itu, Mirae Asset Sekuritas menurunkan rekomendasinya terhadap saham GGRM menjadi sell dengan target price (TP) Rp20.000 dan hold untuk saham HMSP dengan TP yang diturunkan menjadi Rp920.