Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Putuskan Tak Bagi Dividen, Saham Astrindo (BIPI) Tetap Melaju Kencang

Astrindo Nusantara Infrastruktur (BIPI) masih mencatatkan kinerja saham yang meningkat meski tidak membagikan dividen tahun buku 2021.
Proses pemuatan batu bara ke tongkang di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Rabu (13/10/2021). Bloomberg/Dimas Ardian
Proses pemuatan batu bara ke tongkang di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Rabu (13/10/2021). Bloomberg/Dimas Ardian

Bisnis.com, JAKARTA — Perusahaan pengembang infrastruktur batu bara PT Astrindo Nusantara Infrastruktur Tbk. (BIPI) memutuskan untuk tidak membagikan dividen untuk tahun buku yang berakhir pada 31 Desember 2021.

Mengutip keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), saham berkode BIPI tersebut mengumumkan hasil rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) yang telah diselenggarakan pada 27 Juli 2022.

Salah satu keputusan yang ditetapkan yaitu tidak adanya pembagian dividen. Keseluruhan laba bersih BIPI akan digunakan sebagai modal kerja.

“Penggunaan laba bersih perseroan senilai US$14,31 juta selama tahun buku 2021 seluruhnya dibukukan sebagai saldo laba yang belum dicadangkan, untuk memperkuat struktur permodalan,” tulis dewan direksi Astrindo Nusantara, dikutip Senin (1/8/2022).

Namun demikian, BIPI yang tercatat telah berganti nama sebanyak empat kali tersebut mengawali pembukaan perdagangan di posisi Rp220, naik 1,85 persen.

Sebagai informasi, secara year-to-date (ytd) saham BIPI moncer sebesar 352 persen, dari sebelumnya yang senilai Rp50 per lembar sahamnya.

Melonjaknya harga saham BIPI di tahun ini nyatanya tidak lantas mencerminkan keuntungan yang didapat perseroan.

Mengutip laporan keuangan, pendapatan BIPI turun 16,46 persen, dari US$78,51 juta pada 2020 menjadi US$65,59 juta pada 2021.

Laba bersih BIPI pun ikut terkoreksi sebesar 19,05 persen menjadi US$21,89 juta pada 2021, dibandingkan US$27,05 juta pada tahun sebelumnya.

Direktur Utama BIPI, Ray Anthony Gerungan menjelaskan, selain pandemi, tantangan lain yang dihadapi perseroan yaitu dari segi cuaca yang memengaruhi sisi operasional.

“Dampak La Nina mengakibatkan curah hujan tinggi di beberapa wilayah penambangan milik beberapa klien kami, sehingga turut berdampak pada penurunan produksi tambang batu bara mereka,” ujar Ray.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper