Bisnis.com, JAKARTA - Maskapai pelat merah PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. (GIAA) tercatat mampu menekan kerugian sepanjang tiga bulan pertama 2022.
Berdasarkan laporan keuangan yang dikutip Minggu (31/7/2022), emiten berkode saham GIAA ini membukukan total pendapatan US$350,15 juta atau setara Rp5,2 triliun (kurs Jisdor Rp14.860 per dolar AS). Pendapatan ini tercatat turun 0,83 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar US$353,07 juta.
Pendapatan perseroan ini diperoleh dari penerbangan berjadwal senilai total US$270,5 juta. Penerbangan berjadwal ini terbagi menjadi penerbangan penumpang berjadwal sebesar US$201,8 juta, dan penerbangan kargo serta dokumen sebesar US$68,7 juta.
Sementara itu, pendapatan dari penerbangan tidak berjadwal GIAA adalah sebesar US$24,07 juta, yang didapatkan dari penerbangan charter. Adapun pendapatan lain-lain Garuda Indonesia per kuartal I/2022 adalah sebesar US$55,5 juta.
Hingga kuartal I/2022, GIAA mencatatkan beban usaha sebesar US$526,3 juta. Beban usaha ini berkurang 25,04 persen dibanding kuartal I/2021 yang sebesar US$702,17 juta.
GIAA mencatatkan rugi usaha sebesar US$161,6 juta hingga akhir Maret 2022. Meski demikian, rugi usaha ini berkurang 43,7 persen secara tahunan dari US$287,09 juta di kuartal I/2021.
Baca Juga
Berkurangnya rugi usaha ini, membuat rugi bersih GIAA turun 41,55 persen menjadi US$224,6 juta atau Rp3,33 triliun di kuartal I/2022, dibandingkan dengan US$384,3 juta di kuartal I/2021.
Adapun per akhir kuartal I/2022, GIAA mencatatkan total aset sebesar US$7,04 miliar, turun dari akhir 2021 sebesar US$7,19 miliar.
Total liabilitas perseroan turun dari US$13,30 miliar di akhir Desember 2021, menjadi US$13,38 miliar di akhir Maret 2022. GIAA tercatat masih membukukan total ekuitas negatif per 31 Maret 2022 sebesar minus US$6,33 miliar, dari minus US$6,11 miliar per 31 Desember 2021.