Bisnis.com, JAKARTA – Rencana merger PT Global Mediacom Tbk. (BMTR) dengan PT Media Nusantara Citra Tbk. (MNCN) ditargetkan akan berjalan pada tahun depan.
Chairman & CEO MNC Group Hary Tanoesoedibjo mengatakan, ada rencana BMTR dan MNCN dimerger, meskipun ini bukan hasil dari RUPST BMTR. Dia mengungkapkan alasan penjajakan merger adalah hierarki harga saham Grup MNC di bidang media yang tidak sesuai harapan.
"Harga saham paling tinggi justru ada di [struktur perusahaan] paling bawah," kata Hary Tanoe dalam RUPST, dikutip dari youtube MNC, Jumat (29/7/2022).
Hary Tanoe mencontohkan, pada struktur perusahaan PT MNC Digital Entertainment Tbk. (MSIN) sebagai operating company terkait digital adalah perusahaan media Grup MNC dengan harga saham tertinggi, diikuti oleh MNCN yang secara langsung memiliki empat televisi yaitu RCTI, MNCTV, GTV dan iNews.
Dalam skenario merger, nantinya The New BMTR akan memiliki MSIN dan empat TV yang sekarang di bawah MNCN.
Kondisi harga saham yang kurang optimal tersebut menjadi alasan merger. "Kami direksi mendiskusikan hal ini dan semoga tahun depan bisa dilakukan merger," jelasnya.
Baca Juga
Melalui Instagram pribadinya, Pengamat Pasar Modal Lukas Setia Atmaja juga mengunggah foto investor kawakan Lo Kheng Hong yang merupakan salah satu pemegang saham BMTR dan Bos Grup MNC Hary Tanoesoedibjo.
“Pak Lo Kheng Hong kemarin ‘berlayar dari Labuan Bajo’ Sampai RUPS BMTR hari ini dan berjumpa dengan Pak @hary.tanoesoedibjo sebagai Direktur Utama BMTR,” tulis Lukas.
Dia lebih lanjut menyebutkan bahwa harga saham BMTR maupun MNCN meningkat signifikan, didorong info mengenai rencana merger BMTR dan MNCN saat RUPS.
BMTR merupakan pemegang saham utama MNCN, yang menguasai 52,67 persen. Selebihnya, pemegang saham publik memegang 47,33 persen saham pengelola stasiun TV RCTI tersebut.
Di BMTR, Lo Kheng Hong menguasai 6,45 persen saham. Mayoritas saham BMTR dipegang PT MNC Investama Tbk. (BHIT) sebanyak 45,75 persen, kemudian masyarakat 47,8 persen.