Bisnis.com, JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau menguat pada penutupan sesi pertama perdagangan hari ini, Kamis (28/7/2022).
Berdasarkan data Bloomberg, pada pukul 11.30 WIB IHSG berada pada posisi 6.964,97 atau naik 0,97 persen. Sepanjang sesi pertama, IHSG bergerak pada rentang 6.924 - 6.971.
Tercatat, 322 saham menguat, 191 saham melemah 167 saham bergerak ditempat. Kapitalisasi pasar terpantau pada posisi Rp9.177,16 triliun.
PT Global Mediacom Tbk (BMTR) terpantau menjadi saham dengan kenaikan terbesar sejauh ini setelah menguat 12,77 persen ke Rp318.
Saham lain yang terpantau menguat adalah PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB) yang naik 8,91 persen ke Rp1.345, PT Vale Indonesia Tbk (INCO) yang menguat 7,96 persen ke level Rp6.100 serta PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) dengan kenaikan 4,73 persen ke Rp310.
Head of Technical Analyst Research BNI Sekuritas Andri Zakaria Siregar mengatakan, secara teknikal indeks masih berpeluang menguat terbatas dari candle hanging man dan kondisi overbought.
Baca Juga
Menurutnya, IHSG pada tren netral, selama di atas 6.767. IHSG closing di atas 5 day MA (6.875). Indikator MACD netral, stochastic overbought, kenaikan tertahan dalam pola bullish channel, candle inside day.
"Selama di di atas support 6.778 - 6.739, IHSG masih berpeluang rebound. IHSG masih di tutup di atas 200 day MA (6.793) untuk hari ke 6. Dominan sell power. Range breakout berada di 6.602 - 7.070,” ujar Andri dalam risetnya, Kamis (28/7/2022).
Level resistance indeks pada perdagangan hari ini berada di posisi 6.908/6.931/6.964/7.004, sementara level support berada di 6.862/6.809/6.714/6.677, dengan perkiraan range 6.850 - 6.960.
Research Analyst BNI Sekuritas Maxi Liesyaputra menambahkan, kemarin indeks Dow Jones Industrial Average ditutup menguat 1,37 persen, begitu juga dengan S&P 500 yang naik signifikan 2,62 persen, bahkan indeks Nasdaq mencatat kenaikan yang sangat tinggi sebesar 4,06 persen.
Sementara itu, sebagian besar bursa regional Asia Pasifik pada perdagangan kemarin mengalami penguatan, seperti Nikkei, BEI dan Kospi. Adapun Hang Seng terkoreksi cukup signifikan antara lain akibat penurunan saham properti.