Bisnis.com, JAKARTA – Masih tingginya kegiatan penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO) di Indonesia ditopang oleh ketahanan pasar modal Indonesia di tengah volatilitas global.
Direktur PT Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk (TRIM) David Agus mengatakan tingginya gairah perusahaan untuk IPO di Indonesia utamanya ditopang oleh kondisi pasar modal Indonesia. Hal ini tercermin dari pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sepanjang tahun 2022.
David menjelaskan, kinerja IHSG secara year to date (ytd) masih berada di zona positif sekitar 4 persen – 5 persen. Sementara itu, kondisi di pasar wilayah lain seperti AS dan Hong Kong terpantau sudah terkoreksi.
“Jika dilihat dari indeks Dow Jones sudah turun sekitar -10 persen, indeks di Hong Kong juga sudah negatif pertumbuhannya,” jelasnya dalam paparan publik perusahaan, Rabu (27/7/2022).
Menurut David, koreksi di pasar luar negeri seperti AS dan Hong Kong disebabkan oleh dominasi sektor digital pada indeks – indeks yang ada. Dengan tren penurunan yang terjadi pada sektor tersebut, maka kondisi pasar AS dan Hong Kong turut mengalami tekanan.
Sementara itu, meski dihuni oleh sejumlah emiten sektor teknologi, kapitalisasi pasar modal Indonesia masih didominasi oleh sektor – sektor riil dan keuangan yang konvensional seperti perbankan.
Baca Juga
Sebelumnya, Indonesia masih menjadi negara dengan aktivitas penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO) teraktif di wilayah Asia Tenggara di tengah melemahnya pasar IPO regional pada kuartal II/2022.
Dalam laporan Ernst & Young (EY), terdapat 22 emiten baru melakukan IPO di Indonesia dengan perolehan dana sekitar US$,13 miliar. Jumlah tersebut merupakan yang tertinggi di wilayah Asia Tenggara, baik dari sisi jumlah emiten maupun dana yang dihimpun.
“Jumlah IPO Indonesia lebih sedikit bila dibandingkan dengan kuartal II/2021 sebanyak 23 perusahaan, tetapi perolehan dana secara signifikan lebih besar dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar US$0,5 miliar,” jelas Sahala Situmorang, Lead Advisory - Strategy and Transactions Partner, PT Ernst & Young Indonesia dikutip dari keterangan resminya.
Sahala melanjutkan, beberapa saham hasil IPO pada kuartal II/2022 mengalami penurunan harga akibat kenaikan suku bunga The Fed. Rekam jejak pertumbuhan dan profitabilitas yang terbukti merupakan bahan pertimbangan yang penting bagi investor mengingat dinamika pasar saat ini.