Bisnis.com, JAKARTA – Sebuah desas-desus sedang berkembang di lingkaran investor kripto dan di Twitter tentang penguatan harga Bitcoin pada Juli 2022. Hal ini membuat penggemar aset digital tersebut merenungkan apakah Bitcoin telah menyentuh harga terendah.
Mengutip Bloomberg, Senin (25/7/2022), mengingat betapa intensnya siklus naik turun atau boom-and-bust di pasar kripto, banyak juga yang tetap berhati-hati, lantaran tidak ada tanda yang jelas mengingat sifat token digital yang lincah.
Siklus naik turun telah terjadi berkali-kali sebelumnya, yakni saat harga Bitcoin melonjak signifikan namun setelahnya malah masuk ke area bearsih. Laju Bitcoin untuk melonjak signifikan juga kemungkinan sulit saat ini mengingat aset digital telah diperdagangkan sepanjang tahun bersama-sama dengan saham AS, di mana ada banyak ketidaksepakatan di antara ahli strategi mengenai apakah aksi jual terburuk telah berakhir.
“Sulit untuk menyebut titik terendah, terlebih lagi dengan yang ini, karena relinya didorong begitu banyak oleh orang-orang muda yang belum pernah berinvestasi dalam apa pun sebelumnya,” kata Matt Maley, kepala strategi pasar di Miller Tabak + Co.
Menurutnya selama bank sentral seperti The Fed melakukan pengetatan moneter, maka akan sulit untuk melihat reli yang berkelanjutan. Kemudian, kelas aset digital telah kehilangan banyak kepercayaan dari investor, sehingga perlu waktu untuk mendapatkan kembali kepercayaan itu kembali.
Bitcoin telah menguat sekitar 15 persen selama sebulan terakhir hingga Jumat (22/7/2022), sementara token lainnya, termasuk Ether, telah membukukan return yang lebih baik.
Baca Juga
Shawn Cruz, kepala strategi perdagangan di TD Ameritrade, mengatakan perlu ada perubahan selera risiko sebelum koin dapat mulai bergerak lebih tinggi secara signifikan.
Noelle Acheson, Head of Market Insight Genesis, menunjuk pada survei investor oleh Bank of America yang menunjukkan sentimen suram dan potensi kapitulasi investor. Banyak pengamat saham melihat jajak pendapat sebagai sinyal balik arah.
Dia juga melihat sesuatu yang disebut spent output profit ratio atau rasio laba keluaran yang dihabiskan, dari pemegang Bitcoin jangka panjang atau investor yang telah memegang Bitcoin setidaknya lima bulan. Rasio itu saat ini di bawah 1, artinya pemegang jangka panjang pun menjual dengan kerugian. Penurunan di bawah level itu secara historis menandakan titik terendah sudah dekat.
“Ada banyak analisis serupa lainnya yang dapat ditemukan untuk Bitcoin. Token dan saudara-saudaranya telah melalui salah satu peristiwa penurunan harga terberat, dan tercepat dalam sejarah mereka," tulis analis di Glassnode,
Investor aset digital melihat ukuran yang disebut nilai realisasi, yang menunjukkan perbedaan antara nilai koin pada saat penjualan dan saat pembelian. Ini sering dianggap sebagai harga akuisisi rantai pasokan Bitcoin. Saat ini, ukuran ini menunjukkan kerugian yang belum direalisasi sebesar minus 5 persen, dan pasar bearish sebelumnya juga cenderung turun di bawah harga realisasi.