Bisnis.com, JAKARTA – PT Infovesta Utama meminta investor untuk tetap berhati-hati mengingat kondisi pasar yang masih fluktuatif meski sentimen positif datang dari keputusan Bank Indonesia (BI) yang mempertahankan suku bunga pada pekan lalu.
Infovesta dalam laporan mingguannya menyampaikan bahwa kebijakan BI dalam mempertahankan suku bunga di level 3,5 persen membuat kinerja kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali rebound.
Di mana IHSG akhirnya tercatat menguat 3,53 persen selama sepekan terakhir sehingga parkir di level 6.886,96, setelah berturut-turut mengalami pelemahan dari pekan terakhir Juni 2022.
“Kebijakan BI mempertahankan suku bunga di 3,5 persen karena berbagai faktor, salah satunya untuk mendorong pemulihan ekonomi nasional dan pertimbangan kondisi inflasi Indonesia yang masih cenderung rendah dan terjaga ditengah tekanan inflasi tinggi di berbagai negara,” tulis Infovesta dalam laporan mingguan, Senin (25/7/2022).
Infovesta menjelaskan bahwa BI menilai inflasi inti Indonesia masih terjaga di tengah risiko resesi global. Adapun, inflasi inti Indonesia pada Juni 2022 tercatat di level 2,63 persen year on year (yoy), sementara inflasi umum berada di level 4,35 persen.
Di sisi lain, Infovesta mengungkapkan keputusan BI dengan mempertahankan suku bunga membuat investor di pasar obligasi terus menerus mengurangi porsi portofolio Surat Berharga Negara (SBN) di Indonesia yang ditandai dengan naiknya yield di hampir seluruh tenor.
Baca Juga
Selain itu, Infovesta menilai keputusan BI tersebut juga membuat rupiah melemah menyentuh level Rp15.017 per dolar AS pada perdagangan akhir pekan lalu, Jumat (22/7/2022) karena spread suku bunga BI dengan The Fed akan semakin menyempit.
Kekhawatiran pasar juga masih terus meningkat dari faktor eksternal ungkap Infovesta, terutama dengan rencana kenaikan tingkat suku bunga The Fed, risiko stagflasi dan tingginya ketidakpastian pasar keuangan global.
Infovesta memperkirakan The Fed kembali menaikkan suku bunga 75 basis poin (bps) pada pekan ini untuk merespon peningkatan inflasi yang tinggi dengan pengetatan moneter tersebut. Kenaikan suku bunga ini pun telah diikuti beberapa negara lain.
Hal ini akan menyebabkan aktivitas ekonomi negara lebih lambat dan lesu yang dapat menyebabkan pelemahan pertumbuhan ekonomi global. Bahkan pertumbuhan ekonomi global pada 2022 diperkirakan lebih rendah dari proyeksi sebelumnya 3,5 persen menjadi 2,9 persen.
“Kami melihat kondisi pasar yang fluktuatif akan terus berlanjut sejalan dengan pelemahan ekonomi global. Meskipun perbaikan ekonomi domestik diperkirakan akan terus berlanjut namun dampak ekonomi global tetap perlu diwaspadai,” tulisnya.
Infovesta pun menyarankan investor tetap berhati-hati dan menunggu waktu yang tepat alias wait and see dalam berinvestasi. Adapun, Infovesta memperkirakan kinerja reksa dana saham maupun reksa dana pendapatan tetap masih dalam tren bearish sejalan dengan pelemahan ekonomi global.