Bisnis.com, JAKARTA - Kinerja emiten batu bara terdongkrak kenaikan harga sepanjang 2022, dan diperkirakan akan terus membaik hingga tahun depan, salah satunya PT Adaro Energy Indonesia Tbk. (ADRO).
Analis Samuel Sekuritas Indonesia Olivia Laura menyebutkan, diperkirakan tren positif kenaikan harga batu bara tahun ini masih menjadi katalis positif untuk emiten batu bara, di tengah permintaan yang tinggi, salah satunya akibat larangan ekspor gas ke sejumlah negara Eropa oleh Rusia, yang membuat mereka beralih ke batu bara.
"Kami proyeksikan harga batu bara acuan di sepanjang 2022-2023 sebesar US$290 per ton dan US$185 per ton," tulisnya dalam riset, dikutip Kamis (21/7/2022).
Saat ini, harga batu bara acuan Newcastle berada di level US$350 per ton dan HBA per Juli 2022 sebesar US$ 319 per ton.
Meskipun demikian, harga batu bara diperkirakan turun pada 2023, dengan adanya tekanan dari rencana China dan India menambah 700 juta ton produksi domestik atau 8,7 persen dari output dunia pada 2021, yang dapat mengurangi permintaan impor seaborne coal.
Pada kuartal I/2022 sendiri harga jatu bara juga naik sampai 36,5 persen dari kuartal sebelumnya (qoq) dan bahkan naik 186,9 persen dari tahun sebelumnya (yoy) sangat menguntungkan emiten batu bara, termasuk ADRO yang mengandalkan ekspor sebagai sumber pendapatan utamanya sampai 70 persen.
Baca Juga
Olivia memproyeksikan, dengan tingginya harga batu bara berpotensi mendongkrak pendapatan ADRO hingga 74,3 persen yoy sepanjang 2022.
ADRO mengawali 2022 dengan kinerja positif, membukukan pertumbuhan pendapatan hingga 77 persen yoy dan kenaikan laba bersih hingga lebih dari 5 kali lipat menjadi US$400 juta pada kuartal I/2022, didukung oleh kenaikan ASP hingga 86 persen yoy. ADRO berhasil mencatatkan angka-angka tersebut meski ada penurunan volume produksi hingga 5,6 persenyoy akibat masalah logistik dan cuaca buruk.
"Kinerja ADRO kami yakini akan menguat tahun ini, ditopang dengan tingginya harga batu bara. Meskipun demikian, harga batu bara diperkirakan akan turun di pada 2023 seiring dengan supply dan demand yang terkendali. Kami mempertahankan rekomendasi BUY untuk ADRO dengan target harga di Rp3.600," tulisnya.
Adapun, Samuel Sekuritas Indonesia menetapkan target produksi yang moderat untuk ADRO di sepanjang 2022-2023 di level 54-58 juta ton.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.