Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Ditutup Perkasa Rp14.977, BI Janji Jaga Stabilitas Mata Uang Garuda

Saat rupiah berakhir perkasa, mata uang dolar Taiwan juga menguat 0,08 persen, won Korea Selatan menguat 0,28 persen, dan peso Filipina menguat 0,16 persen.
Pegawai menunjukan mata uang rupiah dan dolar Amerika Serikat di Dolar Asia Money Changer, Jakarta, Senin (18/7/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha
Pegawai menunjukan mata uang rupiah dan dolar Amerika Serikat di Dolar Asia Money Changer, Jakarta, Senin (18/7/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah ditutup menguat bersama sejumlah mata uang Asia lainnya di hadapan dolar AS pada perdagangan Selasa (19/7/2022).

Mengutip data Bloomberg, rupiah ditutup menguat tipis 0,03 persen atau 4 poin ke Rp14.977 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS terpantau melemah 0,66 persen ke 106,66.

Bersama dengan rupiah, mata uang dolar Taiwan menguat 0,08 persen, won Korea Selatan menguat 0,28 persen, peso Filipina menguat 0,16 persen, rupee India menguat 0,07 persen, yen Jepang menguat 0,31 persen, ringgit Malaysia menguat 0,11 persen, dan baht Thailand menguat 0,22 persen.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan dolar AS melayang pada Selasa tepat di atas level terendah sepekan karena pasar mengurangi kemungkinan kenaikan poin persentase suku bunga Federal Reserve bulan ini.

Data pekan lalu menunjukkan bahwa inflasi AS sudah berada di level tertinggi empat dekade dan terus meningkat pada Juni, karena investor bertaruh pada pelonggaran yang sangat besar. Namun, angka dari Jumat pekan lalu menunjukkan penurunan ekspektasi inflasi konsumen ke level terendah dalam setahun.

“Investor mengawasi pertemuan Federal Reserve AS yang dijadwalkan pada 26-27 Juli untuk mendapatkan petunjuk tentang seberapa agresif Fed akan menaikkan suku bunga. Data AS terbaru juga memperkuat dukungan pejabat untuk kenaikan 75 basis poin lainnya,” tulisnya dalam riset harian, Selasa (19/7/2022).

Dari sisi internal, Indonesia berpeluang mengalami resesi ekonomi akibat inflasi global pada kuartal ketiga atau kuartal keempat 2022. Pasalnya, inflasi akan berdampak pada harga yang terus meningkat sehingga berpotensi makin menekan tingkat konsumsi masyarakat.

Itu tercermin dari biaya hidup makin meningkat dan daya beli masyarakat yang menurun. Inflasi tahun ini diperkirakan akan berada di atas 6,5 persen sampai akhir tahun tetapi mulai menurun pada tahun depan.

Sementara itu, inflasi global diperkirakan akan mulai mereda pada awal 2023 mendatang. Meski angkanya tetap tinggi, inflasi akan mulai menunjukkan tren penurunan pada waktu tersebut.

“Asumsi ini berdasarkan pada adanya pembicaraan antara Rusia dengan Uni Eropa untuk mulai menarik sanksi secara perlahan. Situasi ini diharapkan mampu memperbaiki pasokan minyak dan gas dalam skala global,” terangnya.

Meski begitu, inflasi masih akan menjadi ancaman hingga akhir tahun ini. Sejumlah komoditas yang akan berperan penting adalah BBM dan gas. Inflasi yang tinggi akan menggerogoti prospek pertumbuhan ekonomi.

“Potensi pertumbuhan ekonomi saya kira berada di bawah 4,5 persen, lebih rendah dari prediksi semula yang 5 persen. [Pertumbuhan ekonomi] pasti akan turun year-on-year, sepanjang tahun,” imbuhnya.

Resesi juga berpotensi makin banyak menyeret masyarakat Indonesia ke bawah garis kemiskinan. Sebagian perusahaan mungkin terpaksa kembali lagi ke posisi melemah, karena konsumsi melambat sehingga penjualan dan omzet turun. Mungkin beberapa sektor akan kembali mengalami fase resesi.

Untuk menghindari resesi di pada kuartal ketiga atau keempat, Bank Indonesia (BI) siap menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dari ancaman resesi global. Sederet bauran kebijakan siap ditempuh baik langsung maupun tidak langsung.

BI diyakini tetap akan beraksi meredam gejolak yang timbul. BI memastikan ketersediaan valuta asing dan siap mengambil langkah intervensi apabila dibutuhkan. Baik di Pasar Spot, Perdagangan DNDF maupun penjualan SBN di pasar sekunder.

Untuk perdagangan besok, Kamis (19/7/2022), Ibrahim memperkirakan mata uang Garuda kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp14.960 - Rp14.090 per dolar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Editor : Farid Firdaus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper