Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup menguat pada penutupan perdagangan pekan ini, Jumat (15/7/2022). Rupiah menguat seiring sentimen surplus dari neraca perdagangan.
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah ditutup ke harga Rp14.996,5 per dolar AS menguat 0,16 persen atau 23,5 poin. Sepanjang tahun berjalan rupiah telah melemah 5,15 persen terhadap dolar AS.
Penguatan rupiah terjadi di tengah menguatnya indeks dolar AS berjangka yang naik 0,02 persen atau 0,02 poin ke level 108,427.
Ibrahim Assuaibi, Direktur Laba Forexindo Berjangka menjelaskan pada penutupan akhir pekan, mata uang rupiah kembali menguat 20 point walaupun sebelumnya sempat melemah 25 point dari penutupan sebelumnya di level Rp15.020.
"Sedangkan untuk perdagangan pekan depan, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuasi, tetapi ditutup melemah di rentang Rp14.980--Rp15.030," jelasnya, Jumat (15/7/2022).
Dia menjelaskan banyak negara Eropa berada di ambang kekacauan ekonomi, dengan inflasi yang meroket. Risiko yang lebih besar juga membayangi benua itu, sebab Eropa menjauh dari strateginya untuk mandiri.
Baca Juga
Sementara itu, daya saing industrinya akan tertinggal jika terlalu bergantung pada produk AS. Dan eropa adalah korban penting dari krisis Ukraina.
Dalam beberapa bulan terakhir, masalah ekonomi yang dihadapi oleh Eropa berulang kali menjadi berita utama. Ini terjadi karena ekonomi Eropa menghadapi lonjakan inflasi pada komoditas mulai dari gas, mobil hingga makanan.
Ini terjadi karena pasokan energi dari Rusia berkurang di tengah konflik Rusia-Ukraina. Secara khusus, Rusia telah mengurangi aliran gas ke Eropa selama konflik, sementara para pemimpin Uni Eropa juga dilaporkan berencana untuk memblokir sebagian besar impor minyak Rusia pada akhir tahun 2022 untuk menghukum negara tersebut.
"Dalam kondisi seperti itu, Indonesia salah satu negara penghasil komoditas terbesar di dunia mendapat berkah dengan bencana tersebut. Ada 10 negara eropa yang minta kiriman batubara dari Indonesia dan yang terbesar kuotanya adalah German sebesar 1 juta ton dalam 1 tahun," jelasnya.
Dengan meningkatnya ekspor komoditas unggulan Indonesia salah satunya Batubara, Timah, CPO dan Nikel membuat neraca dagang Indonesia (NPI) kembali mencetak surplus pada periode Juni 2022. Bila melihat sejarahnya, maka surplus sudah mencapai 26 kali beruntun.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan ekspor Indonesia Juni mencapai US$ 26,09 miliar, naik 40,68% dibandingkan tahun lalu atau year on year (yoy) dan 21,30% secara month on month (mom). Sementara impor mencapai US$ 21 miliar.
Dengan demikian, surplus kembali terjadi dengan besaran kali ini US$ 5,09 miliar.Sedangkan Impor secara year on year (yoy) tumbuh 21,98% dan 12,87% secara month on month (mom).
Sebagai catatan, pada Mei lalu, nilai ekspor Indonesia mencapai US$ 21,51 miliar atau naik 27% (yoy) tetapi anjlok 21,29% dibandingkan bulan sebelumnya. Impor mencapai US$ 18,61 miliar, naik 30,74% (yoy) tetapi melemah 5,81% dibandingkan bulan sebelumnya.
Dari faktor eksternal, dolar melayang di bawah level tertinggi hampir dua dekade di perdagangan hari Jumat, setelah tergelincir semalam setelah dua pembuat kebijakan Federal Reserve mengatakan mereka menyukai kenaikan suku bunga yang lebih kecil daripada 100 basis poin (bps) yang dipertaruhkan oleh investor.