Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Waspada Suku Bunga The Fed, Dana Asing Bisa Keluar Tekan IHSG dan Rupiah

Lonjakan inflasi AS yang membuat proyeksi kenaikan suku bunga The Fed lebih agresif dapat menjadi sentimen negatif bagi IHSG dan rupiah.
Lonjakan inflasi AS yang membuat proyeksi kenaikan suku bunga The Fed lebih agresif dapat menjadi sentimen negatif bagi IHSG dan rupiah. Bisnis/Dedi Gunawan
Lonjakan inflasi AS yang membuat proyeksi kenaikan suku bunga The Fed lebih agresif dapat menjadi sentimen negatif bagi IHSG dan rupiah. Bisnis/Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA — Indeks harga saham gabungan (IHSG) menghadapi risiko keluarnya dana asing menyusul rencana kenaikan suku bunga The Fed yang lebih agresif. Langkah The Fed yang lebih hawkish diperkirakan merespons lonjakan inflasi AS.

Analis Artha Sekuritas Dennies Christoper Jordan mengatakan kenaikan suku bunga The Fed bakal berdampak pada aliran keluar dana asing sehingga memicu pelemahan rupiah.

Kemarin, nilai tukar rupiah ditutup melemah 0,19 persen atau turun 28,5 poin sehingga parkir di posisi Rp15.020 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS pada pukul 15.01 WIB terpantau menguat 0,514 poin atau 0,48 persen ke level 108,27

Emiten dengan utang dalam kurs dolar AS dalam jumlah besar bakal menjadi yang paling terdampak dari situasi pasar saat ini. Dennies mengatakan margin laba emiten bisa terkoreksi karena beban bunga berpotensi naik.

“Dalam situasi ini sektor yang masih cukup menarik adalah sektor komoditas terutama batu bara karena kita ekspor dan menerima pembayaran dalam dolar AS. Selain itu harga acuan batu bara juga tinggi,” kata Dennies, Kamis (15/7/2022).

Kemarin, investor asing mencatatkan net sell Rp464,17 miliar. Namun, sepanjang 2022 investor asing masih membukukan net buy Rp56,85 triliun.

Pasar saham terus menyoroti arah kebijakan suku bunga global dan Indonesia setelah inflasi Amerika Serikat pada Juni 2022 kembali mencetak rekor dan berpotensi direspons dengan kebijakan agresif The Fed.

Tingkat inflasi atau indeks harga konsumen (IHK) utama AS melonjak menjadi 9,1 persen pada Juni dari 8,6 persen pada Mei, level tertinggi baru dalam 40 tahun dan di atas konsensus pasar 8,8 persen.

“Data inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan menaikkan ekspektasi pasar untuk kenaikan suku bunga Federal Reserve bulan ini [26-27 Juli] hingga 100 bps, dari sebelumnya 75 bps,” kata Macro Equity Strategist Samuel Sekuritas Lionel Priyadi.

Di dalam negeri, Lionel menyebutkan pasar obligasi terus menguat, sedangkan bursa saham sempat dibuka melemah pada perdagangan Kamis (14/7/2022) sebelum ditutup di zona hijau dengan kenaikan 0,74 persen ke posisi 6.690,08.

“Kami memperkirakan BI akan memilih menaikkan suku bunga sebesar 50 bps, ketimbang menghadapi risiko tertinggal lebih jauh, yang akan mendorong rupiah menuju Rp15.500 per dolar AS. Sebelumnya, kami memperkirakan BI akan menaikkan suku bunga sebesar 100 bps menjadi 4,5 persen tahun ini,” paparnya.

Head of Investment Information Mirae Asset Sekuritas Roger MM memperkirakan IHSG akan terkoreksi jangka pendek, tetapi dalam kondisi yang wajar karena data ekonomi yang cukup positif.

“Ke depan, pasar masih menunggu keputusan suku bunga The Fed dan juga ada earning season yang bisa menjadi sentimen penahan penurunan IHSG.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper