Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Tenggelam Rp15.005 per Dolar AS Pagi Ini, Gonjang-ganjing Resesi Global

Selain rupiah, mata uang Asia lainnya dibuka bervariasi, yakni yen Jepang yang naik 0,25 persen, won Korea Selatan melemah 0,66 persen, yuan China turun 0,17 persen.
Uang dolar dan rupiah di Dolarindo Money Changer, Jakarta, Selasa (26/4/2022) Bisnis/Himawan L Nugraha
Uang dolar dan rupiah di Dolarindo Money Changer, Jakarta, Selasa (26/4/2022) Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar rupiah dibuka melemah pada awal perdagangan Selasa (12/7/2022). Rupiah turun ke level Rp15.005 per dolar AS.

Berdasarkan data Bloomberg, di pasar spot, rupiah melemah 0,20 persen ke level Rp15.005 per dolar AS pada pukul 09.07 WIB.

Sementara itu, mata uang Asia lainnya dibuka bervariasi, yakni yen Jepang yang naik 0,25 persen, won Korea Selatan melemah 0,66 persen, yuan China turun 0,17 persen, dan ringgit Malaysia turun 0,24 persen

Sementara itu, indeks dolar AS hingga pukul 09.07 WIB, menguat 0,25 persen atau 0,26 poin ke level 108,28.

Sebelumnya, Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan dolar AS menguat terhadap mata uang lainnya karena kekhawatiran pertumbuhan global membantu safe-haven dolar AS naik lebih luas.

Sedangkan, patokan imbal hasil Treasury AS 10-tahun stabil di dekat level tertinggi lebih dari satu minggu sesi sebelumnya.

“Kekhawatiran akan inflasi yang tinggi dan perlambatan pertumbuhan ekonomi terus membebani pasar. Tingkat pengangguran AS tetap di 3,6 persen yang meredakan beberapa kekhawatiran resesi, meningkatkan ekspektasi pengetatan moneter lebih lanjut,” ungkapnya dalam riset harian, Senin (11/7/2022).

Adapun, saat ini investor tengah menunggu Indeks Harga Konsumen (CPI) AS, yang akan dirilis Rabu ini, yang diperkirakan akan mendekati 9 persen, tertinggi baru empat dekade.

Dari sisi internal, gonjang ganjing ekonomi global akan resesi akibat harga-harga komoditas yang melambung tinggi, menyebabkan tingginya inflasi sehingga Bank Sentral global menaikkan suku bunga yang berdampak terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) mengalami kontraksi yang membuat negara-negara maju, berkembang serta negara-negara miskin mengalami kontraksi ekonomi.

Namun dalam kondisi carut marut seperti itu, Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, ekonominya tetap kuat dalam menghadapi ancaman yang datang dari eksternal. Indikasi ini bisa dilihat dari data ekonomi domestik yang menunjukan perbaikan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper