Bisnis.com, JAKARTA – Saham emiten rokok PT Gudang Garam Tbk. (GGRM) ambles ke posisi teratas top losers pagi ini.
Berdasarkan data Bloomberg, pada 10.30 WIB, Selasa (11/7/2022) saham GGRM melemah 6,55 persen atau 3,870 poin ke level Rp29.600. GGRM tercatat memiliki kapitalisasi Rp57 triliun dengan price to earning ratio (PER) 13,23 kali.
Investor membuang saham GGRM yang menyebabkan pelemahan sahamnya lantaran telah melewati periode cum-date dividen GGRM di pasar reguler dan negosiasi pada 8 Juli 2022. Kemudian, tanggal ex dividen di pasar reguler dan negosiasi adalah hari ini.
Fenomena ini biasanya dikenal dengan istilah dividend trap, yang menggambarkan penurunan harga saham sehari setelah masa cum date.
Seperti diketahui, untuk mendapatkan dividen, investor cukup tercatat sebagai pemegang saham emiten yang akan membagi dividen pada cum date atau tanggal terakhir untuk mendapatkan dividen perusahaan yang telah diumumkan.
Sesuai jadwal setelah cum date di pasar reguler dan negosiasi, tanggal cum dividen GGRM di pasar tunai adalah 12 Juli 2022, dan tanggal ex dividen di pasar tunai pada 13 Juli 2022. Tanggal daftar pemegang saham yang berhak atas dividen tunai adalah 12 Juli 2022.
GGRM akan membayarkan dividen senilai total Rp4,32 triliun ini pada 28 Juli 2022.
Baca Juga
Sebagai informasi, Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) GGRM menyetujui pembagian dividen senilai Rp4,32 triliun, atau setara dengan Rp2.250 per saham.
Sementara itu, laba yang tidak dibagikan perseroan akan dimasukkan ke dalam akun saldo laba dan akan digunakan untuk menambah modal kerja perusahaan.
Jumlah dividen GGRM tahun ini tercatat lebih kecil dari tahun lalu yang sebesar Rp5 triliun atau setara Rp2.600 per saham.
Pada 2021, GGRM mencetak pendapatan sebesar Rp124,88 triliun naik 9,08 persen dibandingkan dengan 2020 yang sebesar Rp114,47 triliun.
Meski pendapatan perseroan meningkat, tetapi GGRM mencatatkan laba usaha yang tergerus menjadi Rp7,36 triliun dari Rp10,04 triliun. Alhasil, laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk menjadi Rp5,6 triliun pada 2021 anjlok 23,83 persen dari Rp7,64 triliun pada 2020.