Bisnis.com, JAKARTA - Emiten jamu, PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk. (SIDO) turut terdampak pelemahan rupiah yang menaikkan harga bahan baku. Perseroan pun pasang strategi meneruskan sebagian beban ke konsumen melalui kenaikan harga.
Direktur Utama Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul David Hidayat menjelaskan pelemahan rupiah memang berdampak pada kenaikan harga bahan baku produk minuman dan packaging.
"Untuk mengatasi inflasi yang terjadi kami berusaha menekan biaya termasuk biaya produksi dengan melakukan beberapa efisiensi," jelasnya kepada Bisnis, Minggu (10/7/2022).
Selain efisiensi, produsen Tolak Angin ini juga melakukan penyesuaian harga jual beberapa produknya.
Dia menegaskan telah menyusun strategi untuk mengantisipasi tekanan inflasi dan pelemahan rupiah, agar tidak menurunkan kinerja perseroan. Dengan begitu, SIDO masih optimistis mengejar pertumbuhan dua digit pada akhir tahun ini.
Di sisi lain, perseroan juga mendapatkan permintaan ekspor yang meningkat, kendati kontribusi terhadap total pendapatan masih belum terlalu besar.
"Kebetulan kenaikan permintaan ekspor meningkat tetapi belum terlalu besar. Kontribusi expor kami baru mencapai 5 persen dari total pendapatan," katanya.
Baca Juga
Kuartal I/2022, emiten berkode SIDO ini memperoleh pencapaian pertumbuhan penjualan sebesar 11 persen menjadi Rp 880 miliar dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Sejalan dengan pertumbuhan penjualan, laba bersih juga mencatatkan pertumbuhan yang solid sebesar 10 persen menjadi Rp295 miliar dari tahun sebelumnya pada periode yang sama sebesar Rp269 miliar.