Bisnis.com, JAKARTA – Saham emiten pengembang PLTA, PT Arkora Hydro Tbk. (ARKO) mengalami koreksi 2,67 persen pada sesi perdagangan perdana setelah resmi listing, Jumat (8/7/2022).
Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), saham dengan kode ARKO tersebut melemah 8 poin dan membawanya parkir di zona merah di posisi 292.
Selama 2 jam lebih perdagangan, ARKO bergerak di rentang 280-338, dan mencatatkan transaksi 142,6 juta saham senilai Rp42,53 miliar.
Komposisi kepemilikan saham ARKO yaitu PT Arkora Bakti Indonesia yang memegang 47,52 persen saham, kemudian ACEI Singapore Holdings Private Ltd 31,68 persen, dan sisanya digenggam oleh masyarakat sebesar 20,79 persen.
ARKO meraup dana segar dari IPO senilai Rp182,67 miliar melalui penerbitan 608,8 juta saham baru di bursa, yang tercatat oversubscribed sebanyak 10,89 kali.
Perseroan menetapkan harga IPO senilai Rp300 per saham, dari kisaran awal antara Rp286 hingga Rp310 per lembar saham. Jumlah saham perseroan yang ditawarkan itu mewakili 20,79 persen dari modal ditempatkan dan disetor ARKO setelah IPO saham.
Baca Juga
Direktur Utama Arkora Hydro, Aldo Henry Artoko mengatakan, perolehan dana IPO tersebut akan dialokasikan perseroan untuk investasi anak usaha di bidang pembangkit listrik tenaga air, maupun pelunasan kewajiban jangka pendek.
ARKO meyakini posisinya di industri energi baru terbarukan (EBT) cukup kuat, mengingat potensi EBT yang sangat besar khususnya di bidang tenaga air, surya, dan angin. Namun, pemanfaatan EBT memang masih di bawah 10 persen.
“ARKO berencana mencari peluang akuisisi untuk memaksimalkan usaha di bidang EBT,” ujar Aldo dalam keterangan resmi, Jumat (8/7/2022).
Sejauh ini, ARKO tengah menggarap sejumlah proyek PLTA dengan nilai investasi mencapai US$3,4 juta/MW, antaralain proyek Cikopo dan Tomasa. Adapun proyek lainnya seperti Yaentu di Poso dan proyek Kukusan di Lampung juga sedang dalam proses pembangunan.