Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini Alasan Tether USDT Jadi Pilihan Investor Kripto Indonesia

Tether menjadi pilihan utama investor kripto di Indonesia dengan nilai transaksi Rp42,3 triliun.
Investor memantau pergerakan harga kripto melalui ponselnya di Jakarta, Minggu (20/2/2022). Tether menjadi pilihan utama investor kripto di Indonesia dengan nilai transaksi Rp42,3 triliun. Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Investor memantau pergerakan harga kripto melalui ponselnya di Jakarta, Minggu (20/2/2022). Tether menjadi pilihan utama investor kripto di Indonesia dengan nilai transaksi Rp42,3 triliun. Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar yang dipatok ke mata uang menjadi salah satu alasan Tether (USDT) menjadi aset kripto dengan nilai transaksi tertinggi di Indonesia.

Dikutip dari keterangan resmi pada Rabu (6/7/2022), Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga menyebutkan lima jenis aset kripto yang memiliki nilai transaksi tertinggi di Indonesia. Pada posisi pertama adalah Tether dengan nilai transaksi Rp42,3 triliun.

Adapun, Tether (USDT) adalah aset kripto stablecoin yang nilainya dipatok ke dolar AS. Hal tersebut agar nilai Tether stabil dalam transaksi aset digital. Sejak kemunculannya, stablecoin telah memainkan peran yang sangat penting di pasar.

Terkait hal tersebut, VP Growth Tokocrypto Cenmi Mulyanto mengatakan tidak seperti aset kripto tradisional seperti Bitcoin dan Ethereum yang nilai moneternya dapat berfluktuasi secara luas, stablecoin USDT dirancang untuk mempertahankan harga konstan US$1 dan didukung oleh cadangan dana yang besar atau rekayasa keuangan lainnya.

Menurut Cenmi, secara teori, nilai Tether seharusnya lebih konsisten daripada aset lainnya dan disukai oleh investor yang waspada terhadap volatilitas ekstrim dari koin lain.

“Selama pasar naik, Bitcoin biasanya akan jauh mengungguli stablecoin. Namun, selama tekanan pasar, stablecoin menawarkan perlindungan dari volatilitas,” jelasnya dikutip dari laman resmi Tokocrypto, Rabu (6/7/2022).

Ia melanjutkan, sset kripto tradisional saat ini tengah berada di bear market seiring dengan meningkatnya inflasi dan ancaman kenaikan suku bunga dari The Fed. Akibatnya, investor akan kesulitan untuk menemukan peluang untuk menghasilkan hasil keuntungan.

“Stablecoin mewakili satu-satunya tempat berlindung yang tersisa yang menawarkan pengembalian yang mengalahkan inflasi,” tambahnya.

Meski demikian, Cenmi mengingatkan stablecoin adalah aset volatilitas yang lebih rendah, tetapi tetap memiliki risiko. Ia meminta investor untuk terus mencermati hal ini dan jangan mengalokasikan investasi yang berlebihan serta selalu melakukan riset.

“Selain itu, gunakanlah uang dingin untuk investasi pada aset kripto, bukan dana darurat,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper