Bisnis.com, JAKARTA — Pelemahan rupiah terhadap dolar AS berlanjut pada perdagangan Rabu (6/7/2022), bahkan sempat menembus Rp15.000 per dolar AS.
Rupiah sempat menyentuh Rp15.000 terhadap dolar AS sebelum ditutup melemah 0,03 persen atau 5 poin sehingga parkir di posisi Rp14.999 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS pada pukul 15.00 WIB terpantau melemah 0,045 poin atau 0,04 persen ke level 106,27.
Bloomberg melaporkan bahwa dolar AS mencapai level tertingginya dalam 20 tahun terakhir, seiring dengan meningkatnya kekhawatiran investor atas risiko resesi.
Investor cenderung beralih ke aset yang aman dan mata uang dengan risiko tinggi seperti forint Hungaria dan peso Kolombia menjadi yang paling tertekan akibat penguatan dolar.
Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Piter Abdullah mengemukakan pelemahan rupiah yang cepat dalam sebulan terakhir dipicu oleh banyak faktor. Salah satunya adalah meningkatnya risiko global akibat pandemi dan perang yang tecermin pada inflasi tinggi dan perlambatan ekonomi.
“Ini juga dipengaruhi respons kebijakan moneter terhadap tingginya inflasi,” kata Piter ketika dihubungi, Rabu (6/7/2022).
Baca Juga
Piter menjelaskan risiko pelemahan rupiah bakal makin besar, sejalan dengan menyempitnya selisih antara suku bunga domestik dan suku bunga internasional.
Dia mengatakan keputusan BI menahan suku bunga acuan bisa menahan masuknya aliran modal asing atau bahkan mendorong modal asing keluar dari indonesia.
“Hal ini tidak hanya menekan harga di pasar saham dan pasar obligasi, tetapi sekaligus juga melemahkan rupiah. Investor asing keluar dari pasar SBN dan juga pasar modal,” lanjutnya.
Pelemahan rupiah, kata Piter, bisa meningkatkan risiko investasi sekaligus menurunkan masuknya investasi asing ke indonesia. Pelemahan rupiah juga meningkatkan potensi inflasi di Indonesia dan mengganggu daya beli masyarakat.
“Inflasi indonesia bisa meningkat lebih besar dan memangkas daya beli masyarakat. Pada akhirnya justru menahan konsumsi dan pertumbuhan ekonomi,” kata dia.
Untuk itu, Piter menilai Bank Indonesia perlu mengambil langkah responsif sehingga pelemahan rupiah tidak terjadi secara berlebihan. Rupiah yang terus turun bisa memicu aksi spekulasi dan justru berisiko makin sulit dikendalikan.
“Yang sangat diharapkan saat ini adalah Bank Indonesia menaikkan suku bunga. Kenaikan suku bunga acuan bisa menjadi sinyal bahwa bank sentral tidak akan membiarkan pelemahan rupiah berlanjut. Sinyal ini akan menahan perilaku spekulatif yang bisa makin memperlemah rupiah,” kata Piter.