Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Berakhir Loyo Rp14.999 per Dolar AS, Euro Juga Tumbang

Saat rupiah melemah, sejumlah mata uang lain di kawasan Asia terpantau menguat seperti yen Jepang sebesar 0,32 persen, yuan China 0,19 persen, dan rupee India 0,07 persen.
Petugas menyusun tumpukan uang di Cash Pooling Bank Mandiri, Jakarta, Kamis (23/6/2022). ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
Petugas menyusun tumpukan uang di Cash Pooling Bank Mandiri, Jakarta, Kamis (23/6/2022). ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup melemah pada hari ini, Rabu (6/7/2022), sementara mata uang lain di kawasan Asia bergerak variatif.

Berdasarkan data Bloomberg, mata uang Garuda ditutup melemah 0,03 persen atau 5 poin sehingga parkir di posisi Rp14.999 per dolar AS. Sementara indeks dolar AS pada pukul 15.00 WIB terpantau melemah 0,045 poin atau 0,04 persen ke level 106,27.

Sejumlah mata uang lain di kawasan Asia terpantau menguat seperti yen Jepang sebesar 0,32 persen, yuan China 0,19 persen, dan rupee India 0,07 persen.

Adapun mata uang Asia yang juga melemah pada sore ini adalah baht Thailand 0,20 persen, won Korea Selatan sebesar 0,53 persen, dan peso Filipina turun 0,82 persen.

Sebelumnya, Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi dalam riset hariannya mengatakan di Asia Pasifik, aktivitas layanan China tumbuh pada tingkat tercepat pada Juni dalam hampir setahun karena pembatasan Covid-19 yang telah berkurang dan permintaan dihidupkan kembali. Indeks manajer pembelian (PMI) layanan Caixin China naik menjadi 54,5 di bulan Juni.

Sementara itu, mengutip Bloomberg, Rabu (6/7/2022), di pasar valas investor cenderung melakukan shorting mata uang euro dan ahli strategi Nomura International Plc hingga HSBC Bank Plc telah memberi tahu klien untuk memperkirakan lebih banyak kerugian di masa depan. 

Dengan euro pada level terendah 20 tahun, investor bergulat dengan kemungkinan bahwa Rusia dapat memotong pasokan gas ke Eropa dan menjerumuskan kawasan itu ke dalam resesi. Guncangan ekonomi akan mempersulit Bank Sentral Eropa untuk menaikkan kebijakan moneter yang ketat, dan kemungkinan memperlebar perbedaan suku bunga dengan AS.

“Ini semua tentang Rusia. Jika kita melihat penjatahan minyak di Eropa karena pengurangan pasokan Rusia, kita akan melihat resesi yang signifikan di Eropa. Ini bisa menjadi musim dingin yang sangat panjang," kata Kaspar Hense, manajer portofolio senior di BlueBay Asset Management.

Hense mengatakan bahwa BlueBay telah menjual euro sejak bulan lalu. Dia memperkirakan mata uang bersama akan turun menjadi 90 sen versus dolar jika Rusia menahan pasokan.

Pejabat Jerman telah menyuarakan keprihatinan bahwa pipa utama yang mengirimkan gas alam Rusia ke Eropa mungkin tidak kembali ke kapasitas penuh setelah pemeliharaan yang direncanakan bulan ini.

Badan Energi Internasional telah memperingatkan bahwa penghentian total arus tidak dapat dikecualikan mengingat perilaku Rusia yang tidak dapat diprediksi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper