Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bursa Asia Diperkirakan Fluktuatif Hari Ini, Susul Laju Wall Street

Bursa saham di Asia diperkirakan fluktuatif setelah Wall Street ditututup variatif pada perdagangan Rabui (29/6/2022).
Salah satu layar perdagangan di bursa saham China./Bloomberg
Salah satu layar perdagangan di bursa saham China./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham di Asia diperkirakan fluktuatif pada perdagangan hari ini, Kamis (30/6/2022), setelah imbal hasil Treasury AS melemah dan investor mempertimbangkan komentar dari gubernur bank sentral mengenai prospek inflasi.

Dilansir Bloomberg, kontrak berjangka stabil di Jepang dan Australia dan naik di Hong Kong. Sementara itu, kontrak berjangka bursa AS stabil setelah S&P 500 dan Nasdaq 100 berakhir melemah tipis pada perdagangan Rabu (29/6/2022).

Imbal hasil obligasi Treasury AS melemah setelah pelaku pasr menaikkan ekspektasi terhadap resesi yang akhirnya menghentikan laju pengetatan agresif Federal Reserve.

Dolar menahan penguatan. Sementara itu, minyak mentah melemah di bawah US$110 per barel menyusul data yang menunjukkan persediaan bensin AS turun dipengaruhi oleh perlambatan permintaan yang tidak sesuai musim.

Gubernur The Fed Jerome Powell dan gubernur bank sentral Eropa serta Inggris memperingatkan inflasi akan bertahan lebih lama dalam forum tahunan Bank Sentral Eropa di Portugal.

Pandangan bahwa bank sentral salah menilai inflasi telah mengguncang pasar keuangan tahun ini, dengan saham global akan menutup kuartal terburuk sejak kuartal I/2020.

“Saya tidak akan terburu-buru untuk membeli sesuatu secara membabi buta sekarang; Masih akan ada tekanan dalam beberapa pekan dan bulan ke depan meskipun inflasi mulai stabil,” ungkap manajer portofolio Pacific Investment Management Co. Erin Browne, seperti dikutip Bloomberg, Kamis (30/6/2022).

Presiden the Fed Cleveland Loretta Mester mengatakan para pejabat tidak boleh berpuas diri tentang kenaikan ekspektasi inflasi jangka panjang dan harus bertindak tegas untuk mengekang tekanan harga.

Sementara itu, Presiden China Xi Jinping menyatakan kebijakan zero Covid menjadi kebijakan yang paling “ekonomis dan efektif” untuk China. Negara itu melonggarkan aturan karantina awal pekan ini, memberikan dorongan singkat ke pasar, tetapi investor tetap berhati-hati dengan tetap diberlakukannya kebijakan ini untuk menekan penyebaran Covid-19.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper