Bisnis.com, JAKARTA – Bursa Asia cenderung menguat pada Senin (27/6/2022) di tengah kegamangan investor yang mempertimbangkan apakah inflasi telah mencapai puncaknya dan resesi dapat dihindari. Namun, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup melemah.
Berdasarkan data Bloomberg, Indeks Topix Jepang menguat 1,11 persen, Shanghai Composite naik 0,88 persen, dan indeks Hang Seng menguat 2,35, indeks Kospi Korea Selatan naik 1,49 persen.
Namun demikian, IHSG melemah pada perdagangan Senin (27/6/2022), hari pertama implementasi penutupan kode domisili investor.
Dengan diimplementasikannya penutupan kode domisili investor ini maka pelaku pasar dan investor tidak dapat melihat kode domisili foreign atau domestic secara real time melalui layar aplikasi on-line trading.
Rebalancing portofolio triwulanan oleh inestor institusional diperkirakan mendorong ekuitas. Marko Kolanovic dari JPMorgan Chase & Co. memperkirakan pasar saham naik 7 persen pekan ini karena dana pensiun dan aset kekayaan negara mengalihkan eksposur mereka.
Harga logam industri rebound dan minyak mentah melemah tipis. Sementara itu, harga gas alam Eropa menguat.
Baca Juga
Investor saat ini tengah mengurai data yang masuk untuk mengetahui apakah lonjakan inflasi akan mendekati puncaknya. Pekan ini akan diwarnai oleh data dari sejumlah negara, termasuk PDB AS dan data manufaktur China. Jika benar, hal itu bisa memberi pembuat kebijakan kelonggaran untuk meredakan kenaikan suku bunga yang tajam.
Di sisi lain, skenario yang lebih mengkhawatirkan adalah tekanan harga yang bertahan lama dan kebijakan yang lebih ketat bahkan ketika ekonomi global goyah.
"Ada perasaan bahwa segala sesuatunya tidak seburuk yang kita kira akan terjadi. Ada harapan bahwa mungkin saham sudah oversold, mungkin tidak akan ada resesi," kata pendiri Pepper International, Carol Pepper, dilansir Bloomberg, Senin (27/6/2022).
Presiden Federal Reserve Bank of San Francisco Mary Daly mengatakan pada hari Jumat bahwa dia mendukung kenaikan suku bunga 75 basis poin lagi pada bulan Juli. Sementara itu, Presiden Fed Bank of St. Louis James Bullard mengatakan kekhawatiran resesi AS cenderung berlebihan.
Di sisi lain, Rusia gagal membayar surat utang negara dalam mata uang asing untuk pertama kalinya dalam satu abad. Hal ini akibat puncak dari sanksi Barat yang semakin keras yang menutup jalur pembayaran.