Bisnis.com, JAKARTA - Emiten-emiten alat berat menerapkan sejumlah strategi untuk memenuhi permintaan pasar seiring dengan melonjaknya kebutuhan batu bara Eropa.
PT Hexindo Adiperkasa Tbk. (HEXA), misalnya, yang sudah menyiapkan beberapa taktik. Sekretaris Perusahaan, Corp Planning & SMO HEXA Listiana mengatakan setidaknya emiten tersebut memiliki 3 strategi.
Pertama, HEXA memperbaiki peralatan yang sudah ada serta melakukan upgrade model unit melalui dana yang diperoleb dari perusahaan kostumer, yakni Hitachi dari Jepang.
"Langkah itu diambil demi memastikan ketersediaan equipment terbaru Hitachi secara berkelanjutan untuk mengantisipasi peningkatan permintaan terhadap alat berat," kata Listiana kepada Bisnis, Minggu (26/6/2022).
Kedua, penukaran peralatan tua dengan yang baru. Ketiga, menjual atau menyewakan unit rakit ulang tersertifikasi untuk sementara waktu sembari menunggu datangnya equipment anyar.
Selain itu, HEXA tetap membuka opsi menjual ataupun menyewakan alat berat untuk kostumer tertentu, khususnya perusahaan yang memerlukan excavator untuk penambangan selain batu bara, seperti nikel, emas, dan non pertambangan seperti konstruksi.
Baca Juga
Pada perkembangan lain, induk usaha PT Trakindo Utama, PT ABM Investama Tbk. (ABMM) juga menyiapkan sejumlah taktik sebagai strategi perusahaan mengamankan ketersediaan alat berat.
Direktur ABM Investama Adrian Erlangga mengatakan 2 opsi yang diambil perusahaan untuk mengantisipasi situasi tersebut, antara lain pembelian dan rental unit.
"Kami membuka semua opsi: beli, rental dan semua opsi yang tersedia untuk memeroleh alat berat. Termasuk, rental dari luar negeri sudah kami coba," kata Adrian kepada Bisnis.
Strategi tersebut, kata Adrian, diambil menyusul perkiraan bahwa pengadaan alat berat ABMM tahun ini meningkat 20 persen dari kapasitas normal tahunan sebanyak 650 unit.
Mengutip laporan keuangan perusahaan, nilai persediaan bersih alat berat, baik ABMM maupun HEXA, sama-sama mengalami kenaikan pada 2021.
ABMM mencatat persediaan alat berat untuk keperluan batu bara senilai US$10,66 juta. Naik hampir 7 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) dengan total US$10,01 juta.
Sementara itu, HEXA mencatat persediaan alat berat perusahaan senilai US$29,69 juta hingga Desember 2021. Naik sekitar 35 persen dibandingkan dengan kuartal I/2021 dengan nilai US$19,25 juta.
Sebagai informasi, Himpunan Industri Alat Berat Indonesia (Hinabi) menyebut kapasitas produksi alat berat di Indonesia sekitar 10.000 unit per tahun. Jumlah itu jauh di bawah permintaan dengan total sekitar 18.000 unit per tahun.