Bisnis.com, JAKARTA - Anjloknya cryptocurrency dalam minggu terakhir menimbulkan keraguan bagi mereka yang berminat berinvestasi dalam pengembangan teknologi blockchain.
Selain memanfaatkan naik turun nilai tukar token terhadap mata uang fiat, di dunia blockchain juga kini muncul peluang untuk berinvestasi di berbagai project masa depan, termasuk metaverse.
Chief Blockchain Officer Realitychain Pandu Sastrowardoyo mengungkapkan tantangan bagi dunia metaverse bukan hanya bertahan dari sisi keuangan.
"Memang bagi project yang tidak berhati-hati mengelola keuangannya menjadi ancaman besar. Syukurnya sejak awal Realitychain sudah mengantipasi dengan mendiversifikasi keuangan, sebagian harus dalam bentuk stable coin," jelasnya, Kamis (23/6/2022).
Anjloknya marketcap besar kripto ini juga membuat developer metaverse belajar untuk tidak terpaku kepada upaya mengumpulkan kekayaan sebanyak-banyaknya saja, tetapi membangun pengalaman yang menyenangkan, yang menjadi nilai utama dari sebuah metaverse.
Pandu menjelaskan berubahnya fokus metaverse dari awalnya sebuah gamefi menjadi menghasilkan nilai yang nyata.
Baca Juga
"Fokusnya harus di real world event. Mulai dari konser, galeri, hingga museum virtual. Jadi walaupun unsur fun tetap ada, nilai yang diciptakan harus yang memang bermanfaat bagi kehidupan manusia. Lebih bagus lagi jika bisa menarik sponsorship dari dunia nyata. Jika tidak, ujungnya hanya jadi skema ponzi baru," katanya.
Sementara itu, Adam Ardisasmita CEO Realitychain menuturkan fokus perusahaannya saat ini keberlanjutan bisnis, dengan membangun nilai dan memenuhi kebutuhan pengguna.
"Saat ini kami belum terdampak langsung oleh crypto crash yang terjadi karena belum launch token sendiri. Tapi pasti akan jauh lebih siap jika hal ini kembali terjadi di masa depan," terangnya.
Pengamat Metaverse Tuhu Nugraha menjelaskan fenomena ini menjadi dorongan bagi para pelaku tidak lagi sekedar menciptakan dan berjual-beli token.
Tuhu menjelaskan bahwa masih ada aspek regulasi, kedaulatan negara, hingga money laundry yang perlu diatasi.
"Metaverse sendiri jalannya masih panjang, konsumennya masih belum terlalu siap. Tapi konsep ini sangat bisa diarahkan untuk kepentingan industri yang sudah mapan, misalnya untuk riset dan eksperimen sebelum diluncurkan ke pasar," terangnya.
Kelebihan metaverse yang memungkinkan kolaborasi skala dunia, membuatnya ideal untuk kepentingan simulasi dunia nyata.