Bisnis.com, PANGKALPINANG - Emiten BUMN pertambangan anak usaha MIND ID, PT Timah Tbk. belum berencana untuk mengubah rencana kerja dan anggaran (RKAP) untuk tahun ini, kendati ada ancaman dari sisi larangan ekspor, ketentuan tarif pajak progresif, dan penurunan harga timah.
Direktur Operasi dan Produksi Timah Purwoko, mengatakan bahwa perseroan masih optimistis mampu memenuhi target-target yang telah dipatok untuk tahun ini.
Lagipula, perseroan juga sudah terbukti berhasil mencetak kinerja yang sangat tinggi pada kuartal pertama tahun ini. Emiten berkode saham TINS ini berhasil membukukan laba sebesar Rp601 miliar atau meroket 5.713 persen dibandingkan kuartal I/2021.
"Selain disebabkan oleh naiknya harga logam timah, hal ini juga dikarenakan efektifitas TINS dalam menekan biaya operasional," jelasnya, Rabu (22/6/2022).
Perseroan berhasil membukukan pendapatan sebesar Rp4,4 triliun atau naik 80 persen dibandingkan dengan kuartal I/2021, dengan peningkatan kinerja laba operasi sebesar 575 persen menjadi Rp885 miliar dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp131 miliar.
Purwoko mengamini bahwa adanya larangan ekspor timah bakal menjadi faktor utama yang akan mempengaruhi kinerja perusahaan. Namun, saat ini perusahaan sudah melakukan persiapan untuk menghadapi kebijakan tersebut.
Baca Juga
“Terkait dampak kebijakan larangan ekspor ke RKAP, kita belum ada wacana atau pemikiran untuk merevisi RKAP kita tahun 2022. Kita masih yakin bahwa kita bisa mencapai target-target RKAP itu,” katanya.
Purwoko mengatakan bahwa RKAP perseroan mencakup target operasi, keuangan, dan pengembangan usaha. Perseroan akan melakukan adaptasi strategi untuk menyikapi perkembangan regulasi terbaru, agar target-target yang sudah dipatok bisa tercapai.
"Justru pengembangan usaha kita dorong, kinerja finansialnya juga kita dorong, tinggal kinerja operasinya [yang akan disesuaikan]," katanya.
Berdasarkan pemberitaan sebelumnya, tahun ini PT Timah Tbk. menargetkan produksi sebanyak 35.000 ton. Pada kuartal pertama tahun ini, capaian produksi justru turun 11 persen secara tahunan 4.508 ton, tetapi berkat harga jual yang tinggi, laba TINS justru meroket.
Kondisi yang sama juga terjadi tahun lalu. Produksi bijih timah pada 2021 sebesar 24.670 ton atau turun 38 persen dari tahun sebelumnya 39.757 ton. Sebesar 46 persen berasal dari penambangan darat dan 54 persen berasal dari penambangan laut.
Penurunan produksi tidak terlepas dari faktor tantangan produksi yang berat, terutama karena lebih dari 90 persen cadangan timah perseroan kini ada di laut. Demi menopang produksi, perseroan akan menambah enam unit kapal penambangan tahun ini, sehingga total unit kapal perseroan akan mencapai 60 unit.
PT Timah Tbk. juga akan meningkat kapasitas produksi di industri hilir perseroan guna mendorong penjualan produk hilir tin chemical dan tin solder. Hal ini untuk mengimbangi tekanan penjualan akibat larangan ekspor.
Untuk menunjang kebutuhan ekspansi itu, total belanja modal atau capital expenditure (capex) yang dianggarkan perseroan yakni antara Rp1,8 triliun hingga Rp2 triliun.