Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ditekan Kenaikan Suku Bunga Global, Pasokan Obligasi Korporasi Akan Turun pada 2022

Sentimen tren kenaikan suku bunga dan perlambatan pertumbuhan ekonomi global meningkatkan risiko di pasar surat utang Indonesia serta menekan minat investor, sehingga menekan pasar obligasi korporasi.
Penerbitan obligasi korporasi sepanjang tahun 2022 diprediksi akan tersendat di tengah perlambatan ekonomi global serta tren kenaikan suku bunga acuan. /Bisnis-Abdullah Azzam
Penerbitan obligasi korporasi sepanjang tahun 2022 diprediksi akan tersendat di tengah perlambatan ekonomi global serta tren kenaikan suku bunga acuan. /Bisnis-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA – Penerbitan obligasi korporasi sepanjang tahun 2022 diprediksi akan tersendat di tengah perlambatan ekonomi global serta tren kenaikan suku bunga acuan.

Data dari Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mencatat total obligasi korporasi yang akan jatuh tempo pada 2022 adalah sebesar Rp145,97 triliun. Sementara itu, jumlah emisi obligasi korporasi hingga 15 Juni 2022 adalah sebesar Rp64,42 triliun.

Head of Research & Market Information Department Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI) Roby Rushandie menjelaskan, sebelum masa pandemi virus corona nilai emisi obligasi korporasi baru umumnya akan lebih tinggi dibandingkan jumlah jatuh tempo.

Tercatat, pada tahun 2018 dan 2019 nilai emisi mencapai Rp113,75 triliun dan Rp127,35 triliun, jauh di atas total obligasi yang jatuh tempo masing – masing sebesar Rp80,8 triliun pada 2018 dan Rp92,39 triliun pada 2019.

Namun, di masa pandemi virus corona, korporasi menahan diri untuk menerbitkan surat utang, sehingga nilai surat utang jatuh tempo cenderung lebih tinggi dibandingkan yang diterbitkan.

“Penurunan memang wajar karena risiko pasar yang cenderung tinggi selama pandemi,” jelasnya dalam pertemuan media terkait Proyeksi Obligasi pada Semester II Tahun 2022, Rabu (22/6/2022).

Berdasarkan data tersebut, Roby mengatakan korporasi perlu menerbitkan surat utang sekitar Rp80 triliun lagi untuk membayar seluruh surat utang yang jatuh tempo pada tahun ini. Meski demikian, PHEI memprediksi nilai tersebut akan cukup sulit tercapai.

Ia menjelaskan, sentimen yang menekan pasar obligasi korporasi Indonesia adalah tren kenaikan suku bunga dan perlambatan pertumbuhan ekonomi global. Sentimen ini akan meningkatkan risiko di pasar surat utang Indonesia serta menekan minat investor.

Kenaikan risiko serta turunnya minat investor terhadap surat utang jenis ini akan membuat korporasi cenderung menahan diri untuk menerbitkan obligasi baru.

“Dalam skenario moderat, kami memprediksi total penerbitan obligasi korporasi tahun 2022 di kisaran Rp105 triliun hingga Rp110 triliun,” jelasnya.

Sebelumnya, Chief Economist Bank Permata Josua Pardede mengatakan, korporasi yang berencana untuk menerbitkan obligasi perlu mewaspadai potensi kenaikan suku bunga Bank Indonesia. ia menejlaskan, kenaikan suku bunga BI diperkirakan mendorong kenaikan suku bunga secara umum.

“Hal ini akan membuat borrowing cost dari penerbitan obligasi meningkat,” jelasnya.

Josua melanjutkan, peningkatan ini juga berpotensi mengganggu kinerja dari bisnis usaha yang memutuskan untuk menerbitkan obligasi di paruh kedua mendatang.

Selain dari potensi kenaikan suku bunga, tantangan lain yang akan dihadapi obligor adalah tekanan dari sentimen The Fed kepada nilai tukar. Sentimen ini, lanjut Josua, akan menekan permintaan obligasi dari investor asing.

Sementara itu, sektor yang berpotensi dominan dalam penerbitan obligasi menurut Josua adalah sektor pertambangan dan keuangan. Ia memaparkan, penerbitan dari sektor pertambangan cenderung dominan mengingat harga komoditas global serta permintaan masih relatif solid.

“Dengan tren ini, kami perkirakan kebutuhan pembiayaan untuk ekspansi relatif tinggi,” katanya.

Data Penerbitan Obligasi Korporasi 2017 - 2022
Tahun Nilai Emisi (Rp triliun) Nilai jatuh tempo (Rp triliun)

2017

166,18

80,6

2018

113,75

80,8

2019

127,35

92,39

2020

89,66

108,49

2021

106,77

107,95

2022

64,42*

145,97

Sumber: KSEI
Ket: (*) data hingga 15 Juni 2022

 
pangan bg

Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking

Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda dalam memilih aplikasi mobile banking?

Seberapa sering Anda menggunakan aplikasi mobile banking?

Fitur apa yang paling sering Anda gunakan di aplikasi mobile banking?

Seberapa penting desain antarmuka yang sederhana bagi Anda?

Apa yang membuat Anda merasa nyaman menggunakan aplikasi mobile banking tertentu?

Apakah Anda mempertimbangkan reputasi bank sebelum mengunduh aplikasinya?

Bagaimana Anda menilai pentingnya fitur keamanan tambahan (seperti otentikasi biometrik)?

Fitur inovatif apa yang menurut Anda perlu ditambahkan ke aplikasi mobile banking?

Apakah Anda lebih suka aplikasi yang memiliki banyak fitur atau yang sederhana tetapi fokus pada fungsi utama?

Seberapa penting integrasi aplikasi mobile banking dengan aplikasi lain (misalnya e-wallet atau marketplace)?

Bagaimana cara Anda mengetahui fitur baru pada aplikasi mobile banking yang Anda gunakan?

Apa faktor terbesar yang membuat Anda berpindah ke aplikasi mobile banking lain?

Jika Anda menghadapi masalah teknis saat menggunakan aplikasi, apa yang biasanya Anda lakukan?

Seberapa puas Anda dengan performa aplikasi mobile banking yang saat ini Anda gunakan?

Aplikasi mobile banking apa yang saat ini Anda gunakan?

pangan bg

Terimakasih sudah berpartisipasi

Ajak orang terdekat Anda untuk berpartisipasi dalam kuisioner "Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking"


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper