Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Joe Biden Sebut AS Dapat Hindari Resesi, Minyak Mentah Menguat

Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak Juli naik 0,7 persen ke US$110,27 per barel di New York. Sebagian besar pasar finansial AS ditutup kemarin karena libur nasional.
Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak Juli naik 0,7 persen ke US$110,27 per barel di New York pada Senin (20/6/2022)./Bloomberg-Jason Alden
Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak Juli naik 0,7 persen ke US$110,27 per barel di New York pada Senin (20/6/2022)./Bloomberg-Jason Alden

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah rebound pada perdagangan Senin (20/6/2022) setelah Presiden Joe Biden mengatakan AS masih dapat menghindari resesi.

Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak Juli naik 0,7 persen ke US$110,27 per barel di New York. Sebagian besar pasar finansial AS ditutup kemarin karena libur nasional.

Sementara itu, harga minyak Brent untuk kontrak pengiriman Agustus mdnguat 0,9 persen ke level US$114,13 per barel.

Komentar Biden muncul setelah berbicara dengan mantan Menteri Keuangan Lawrence Summers, yang melihat peluang signifikan negara itu akan menghadapi stagflasi. Harga minyak pulih setelah pekan lalu diguncang oleh meningkatnya kekhawatiran terhadap laju kenaikan suku bunga oleh Federal Reserve.

Produksi minyak harian di Libya pulih menjadi sekitar 800.000 barel per hari setelah menteri energi negara itu mengatakan baru-baru produksi turun menjadi antara 100.000 dan 200.000 per hari. Hal ini menyiratkan bahwa gangguan produksi anggota OPEC itu bisa lebih kecil dari yang diperkirakan para pelaku pasar.

Minyak telah melonjak sepanjan 2022 karena perang di Ukraina mengganggu pasokan tepat ketika konsumsi meningkat setelah pandemi. Meskipun ada pelemahan baru-baru ini, WTI masi dalam laju rekor kenaikan kuartalan kesembilan berturut-turut, sekaligus berkontribusi terhadap inflasi yang merajalela.

Pekan lalu, The Fed menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin untuk menjinakkan inflasi dan berjanji untuk terus melanjutkan pengetatan sampai inflasi mulai surut.

Analis pasar senior Oanda Craig Erlam mengatakan pasar masih sangat ketat, tetapi ancaman resesi adalah salah satu dari sedikit kekuatan negatif untuk harga minyak mentah.

"Apakah itu akan cukup untuk menciptakan sesuatu yang lebih dari aksi harga dua arah merupakan persoalan lain," ungkap Erlam, dikutip Bloomberg, Selasa (21/6/2022).

Investor akan mendengar lebih banyak tentang penilaian The Fed terhadap ekonomi dan kemungkinan langkah bank selanjutnya ketika Ketua Jerome Powell bersaksi di depan anggota parlemen akhir pekan ini. Pada hari Minggu, Menteri Keuangan Janet Yellen memperingatkan bahwa inflasi yang tinggi kemungkinan akan bertahan hingga 2022, sementara pertumbuhan melambat.

Pada akhir pekan, Menteri Energi AS Jennifer Granholm memperingatkan pengemudi tentang "peningkatan permintaan bahan bakar yang berkelanjutan," dan kemungkinan harga bensin tetap tinggi dalam beberapa waktu mendatang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper