Bisnis.com, JAKARTA - Bank Sentral Amerika Serikat, The Fed menyebutkan kenaikan suku bunga acuan belum akan berhenti hingga inflasi terkendali. Setelah pertemuan dua hari, 14-15 Juni 2022, dewan Gubernur The Fed mengumumkan kenaikan suku bunga tertinggi sejak 1994 yakni 0,75 persen.
Rekor besaran kenaikan suku bunga ini kemungkinan besar kembali terulang dalam pertemuan dewan gubernur The Fed pada Juli mendatang.
Gubernur The Fed Jerome Powell menyebutkan setelah mengerek tingkat suku bunga federal menjadi 1,5 persen hingga 1,75 persen pada pertemuan FOMC kali ini, kenaikan dalam jumlah sama atau lebih rendah setengah poin dapat terjadi pada pertemuan berikutnya.
Dengan kata lain, Powell kembali mengisyaratkan kenaikan suku bunga The Fed sebesar 0,5 persen hingga 0,75 persen pada Juli 2022 mendatang dan mengerek tingkat bunga federal menjadi 2 persen hingga 2,5 persen.
"Saya tidak berharap pergerakan sebesar ini (kenaikan suku bunga 0,75 persen) menjadi hal biasa. kenaikan 50 basis poin atau 75 basis poin tampaknya paling mungkin terjadi pada pertemuan kami berikutnya," katanya pada konferensi pers di Washington seperti dilansir Bloomberg, Kamis (16/6/2022) waktu Indonesia atau Rabu (15/6/2022) waktu setempat.
Melalui kebijakan suku bunga ini, sejumlah sumber Bloomberg memperkirakan suku bunga acuan di Amerika Serikat akan berada pada level 3,4 persen saat akhir tahun.
Langkah menaikkan suku bunga ini sebagai perlawanan bank sentral atas lonjakan inflasi di Amerika Serikat. Setelah menembus level tertinggi dalam 40 tahun terakhir, The Fed menyampaikan komitmen membawa inflasi di Amerika kembali ke level 2 persen.
“Komite sangat berkomitmen untuk mengembalikan inflasi ke target 2 persen,” tulis The Fed.