Bisnis.com, JAKARTA — PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR) mengungkapkan alasan di balik pelepasan sebagian aset bisnis teh kepada Ekaterra. Aksi tersebut dipastikan tidak akan berpengaruh ke penjualan teh perseroan untuk pasar domestik, termasuk pada penjualan teh merek SariWangi.
Direktur Customer Operation UNVR Enny Hartati menjelaskan bahwa penjualan aset bisnis teh senilai Rp84,6 miliar hanya mencakup alat-alat produksi untuk teh yang dijual di pasar luar negeri atau ekspor. Seiring dengan penjualan bisnis teh oleh Unilever Plc. ke Ekaterra pada akhir 2021, Unilever Indonesia secara otomatis tidak lagi memasok teh untuk pasar luar negeri.
“Bisnis teh di Indonesia akan terus kami pertahankan. Pada saat ini UNVR memproduksi teh untuk pasar domestik dan untuk ekspor ke sister company. Karena selain di Indonesia dan India bisnis teh dijual, kami juga harus melepas bisnis ekspor teh tersebut,” terang Enny dalam konferensi pers, Rabu (15/6/2022).
Enny mengatakan perusahaan hanya melakukan pengalihan aset produksi untuk merek-merek yang diekspor. Dengan demikian, UNVR tak lagi perlu menanggung beban pemeliharaan aset-aset tersebut.
Dia tidak memungkiri pengalihan aset ini akan berdampak pada profitabilitas perseroan. Meski demikian, dia memastikan pengaruh dari hilangnya bisnis ekspor teh tidaklah signifikan.
“Dampak ke profitabilitas tentu ada karena kehilangan ekspor, tetapi secara keuntungan hanya [berkurang] sekitar 0,1 persen,” katanya.
Baca Juga
Menghadapi perkembangan inflasi dan harga komoditas, Enny mengatakan Unilever Indonesia telah menyiapkan sejumlah strategi untuk menjaga kinerja. Dia mengatakan perseroan akan melanjutkan momentum pertumbuhan dan menghasilkan pertumbuhan yang berdaya saing.
UNVR juga memastikan akan melanjutkan investasi dengan alokasi belanja modal sekitar 2,2 persen dari turnover atau arus kas. Fokus investasi akan diarahkan pada bagian manufaktur untuk memenuhi kebutuhan pelanggan.
Selain itu, perseroan juga akan disiplin dalam pengelolaan pengeluaran dan penghematan. Dia turut membenarkan bahwa perkembangan harga komoditas memberi risiko tekanan yang lebih besar pada margin.
"Kenaikan harga [dalam rangka pass on] untuk kuartal berikutnya akan dilakukan secara selektif. Kami ingin tetap memastikan produk kami tetap kompetitif dan kekuatan brand pasar tetap terjaga jika penyesuaian dilakukan,” katanya.
Dalam menyiasati meningkatnya biaya pengadaan bahan baku dan kemasan, Enny mengatakan UNVR bakal memanfaatkan jaringan pasokan dari Unilever global. Dengan demikian, UNVR bisa bernegosiasi dengan pemasok besar untuk memperoleh harga yang kompetitif.