Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Melemah ke Rp14.764 Pagi Ini, Waswas Jelang Pertemuan The Fed

Saat rupiah memimpin pelemahan di Asia, mata uang lain won Korea Selatan terpantau anjlok 0,55 persen, rupee India terpantau turun 0,25 persen, baht Thailand turun 0,17 persen.
Uang dolar dan rupiah di Dolarindo Money Changer, Jakarta, Selasa (26/4/2022) Bisnis/Himawan L Nugraha
Uang dolar dan rupiah di Dolarindo Money Changer, Jakarta, Selasa (26/4/2022) Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dibuka melemah pada hari ini, Selasa (14/6/2022), beriringan dengan melemahnya mayoritas mata uang lain di kawasan Asia.

Berdasarkan data Bloomberg, mata uang Garuda dibuka melemah 0,56 persen atau 82,5 poin sehingga parkir di posisi Rp14.764,00 per dolar AS. Sementara indeks dolar AS 0,130 poin atau 0,12 persen ke level 105,20.

Sementara rupiah memimpin pelemahan di Asia, mata uang lain won Korea Selatan terpantau anjlok 0,55 persen. Selain itu, rupee India terpantau turun 0,25 persen, baht Thailand turun 0,17 persen.

Sebelumnya, Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi dalam dalam riset harian Senin (13/6/2022), memperkirakan untuk perdagangan hari ini, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp14.670 - Rp14.730.

Dolar menguat terhadap mata uang lainnya, karena data inflasi AS yang panas dan bank sentral global yang akan menaikan suku bunga acuan sehingga mendorong imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun juga naik ke level tertinggi sejak 9 Mei.

Data inflasi AS Jumat menunjukkan bahwa indeks harga konsumen AS yang dirilis Jumat naik 8,6 persen secara tahunan pada Mei 2022, tertinggi baru 40 tahun, menambah kekhawatiran investor tentang resesi yang disebabkan oleh pengetatan kebijakan moneter dari Federal Reserve.

"Upaya bank sentral untuk menaikkan suku bunga untuk mengurangi inflasi akan tetap menjadi fokus minggu ini yang akan diadakan pada hari Rabu. Federal Reserve dan Bank of England diperkirakan akan menaikkan suku bunga pada pertemuan mereka dan ada kemungkinan Swiss National Bank juga akan menaikkan, tetapi sedikit perubahan yang diharapkan dari Bank of Japan," ungkapnya dalam riset harian dikutip Selasa (14/6/2022).

Dari sisi internal, pasar juga tengah memantau perkembangan naikya jumlah kasus penyakit akibat Covid-19 hingga nyaris 100 persen dalam sepekan. Rata-rata penambahan kasus selama 7 hari hingga Sabtu kemairn tercatat sebanyak 504 kasus, dibandingkan sepekan sebelumnya 262 kasus. Secara persentase, rata-rata penambahan kasus tersebut melejit lebih dari 92 persen.

Kenaikan kasus tersebut diakibatkan varian baru BA.4 dan BA.5 yang sudah masuk ke Indonesia, yaitu di Bali ada 4 orang terinfeksi. Meski begitu, kasus Covid-19 di Indonesia masih terpantau baik. Penyebabnya adalah angka positivity rate dan transmisi kasus yang dilaporkan rendah.

Sejauh ini, hanya DKI Jakarta yang mencatatkan angka positivity rate pada level 3 persen. Sementara itu secara nasional masih dilaporkan berada di 1,1 persen.

Guna untuk menahan laju perkembangan kasus Covid-19, Pemerintah memutuskan untuk kembali memperpanjang masa pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) seluruh Indonesia, baik untuk wilayah Jawa-Bali dan luar Jawa-Bali.

Jika biasanya perpanjangan PPKM diberlakukan selama dua pekan, kali ini pemerintah memperpanjang kegiatan pembatasan hingga satu bulan, terhitung mulai hari ini, Selasa 7 Juni hingga 4 Juli 2022 mendatang.

Selain itu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengklaim Indonesia masih dapat mengendalikan inflasi di saat sejumlah negara lain mengalami lonjakan harga barang dan jasa karena ketidakpastian global. Meskipun saat ini memang terjadi kenaikan sedikit, namun masih bisa dikendalikan dengan baik.

Presiden juga membandingkan dengan negara lain yang inflasinya sudah meroket 70 persen. Bila inflasi jadi momok semua negara, karena ketidakpastian global yang dipicu akibat adanya kenaikan harga barang, pangan, dan energi, Indonesia tidak seperti negara maju lainnya seperti Amerika Serikat. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Editor : Farid Firdaus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper