Bisnis.com, JAKARTA – Pergerakan aset kripto seperti bitcoin mulai terlihat melambat setelah sempat reli cukup tinggi sejak awal pekan lalu.
Berdasarkan keterangan resmi Tokocrypto pada Kamis (2/6/2022) pergerakan di pasar kripto tampak belum sepenuhnya optimal. Sejumlah aset kripto sempat mengalami reli yang cukup kencang sejak pekan lalu, namun mulai kehabisan tenaga untuk meneruskan lajunya ke zona hijau.
Bitcoin sempat melewati level psikologisnya di harga US$30.000, tapi tidak berlanjut bullish dan kembali anjlok ke US$29.850 dari pantauan situs CoinMarketCap pada hari ini pukul 10.00 WIB.
Trader Tokocrypto, Afid Sugiono, menjelaskan pergerakan market dipengaruhi oleh investor yang sepertinya memanfaatkan momentum reli harga kripto untuk melakukan aksi ambil untung atau taking profit. Mereka tidak mau lama menunggu untuk mendapatkan profit, ketika harga Bitcoin naik setelah sembilan minggu alami penurunan.
"Jika dilihat, ketika sentimen pasar bearish, investor tentu akan buru-buru merealisasikan keuntungannya sebelum laju harga aset kripto kembali berbalik arah. Harga Bitcoin gagal menembus level resistance-nya, sehingga dibutuhkan aksi beli yang kencang demi mengungkitnya lebih tinggi lagi," kata Afid.
Afid menduga para investor masih mengantisipasi ancaman resesi dan kebijakan moneter The Fed ke depan. Meski demikian pelaku pasar masih terlihat optimistis yang ditopang oleh keyakinan bahwa harga aset-aset berisiko, termasuk kripto, sudah mencapai titik bottom. Sehingga, pelaku pasar terus mendorong harga aset kripto untuk menembus level resistance-nya.
Baca Juga
Namun, Afid mengatakan awan mendung masih menyelimuti pasar kripto dengan sentimen negatif dari makroekonomi yang sangat mempengaruhi tindak-tanduk investor institusi di bursa kripto.
Tak ketinggalan, mereka juga tampak latah mengikuti aksi jual yang dilakukan pelaku pasar modal. Di mana, nilai indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA), Nasdaq dan S&P 500 juga kompak melorot.