Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bye Bye Mei! Investor Saham Ancang-ancang Keruk Cuan Juni-Juli 2022

Juni nanti bisa dimanfaatkan investor sebagai momentun untuk membeli saham-saham yang akan diuntungkan dari transisi kebijakan Covid-19 menuju endemi.
Karyawan melintas di depan layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di PT Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta, Selasa (18/5/2021). Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Karyawan melintas di depan layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di PT Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta, Selasa (18/5/2021). Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menutup Mei 2022 pada zona hijau, setelah sempat terguncang usai libur panjang usai Idulfitri lalu.

IHSG sempat terguncang turun ke posisi 6.909 pada Senin, 9 Mei 2022, hari pertama perdagangan setelah libur lebaran dan lanjut turun ke 6.597 sampai 13 Mei 2022.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (31/5/2022), IHSG naik 1,58 persen atau 111,40 poin ke 7.148,97. IHSG sempat bergerak di kisaran 7.064–7.148 sepanjang hari ini dengan 320 saham bergerak di zona hijau, 234 di zona merah, dan 146 stagnan.

Posisi IHSG akhir Mei 2022 tercatat turun 1,75 persen dibandingkan dengan akhir April 2022. Namun, secara year to date, IHSG sudah tumbuh 8,62 persen dan dalam setahun naik 19,24 persen.

Analis Samuel Sekuritas Indonesia Lionel Priyadi mengatakan untuk Mei 2022, sentimen di pasar saham didominasi oleh kenaikan suku bunga The Fed dan kemungkinan resesi di Amerika. Hal ini menyebabkan asing melakukan aksi jual besar-besaran pada awal Mei lalu.

“Untuk saat ini, investor asing sudah tidak terlalu panik dibandingkan dengan awal Mei. Sehingga kemungkinan di bulan Juni pasar saham akan lebih stabil,” ungkapnya kepada Bisnis, Selasa (31/5/2022).

Namun, pelaku pasar modal tetap harus waspada terhadap momen kenaikan suku bunga di pertengahan Juni nanti. Karena bisa saja pasar bergolak kembali saat pengumuman dari The Fed

“Untuk bulan Juni, perkiraan kami investor domestik di pasar saham akan bersiap untuk Juli. Karena kalau dilihat dari data 15 tahun terakhir, return saham pada Juli itu tertinggi kedua setelah bulan Desember dalam 1 tahun,” ujarnya.

Oleh karena itu, Juni nanti bisa dimanfaatkan investor sebagai momentun untuk membeli saham-saham yang akan diuntungkan dari transisi kebijakan Covid-19 menuju endemi.

“Tetap risikonya adalah gejolak akibat kenaikan suku bunga the Fed,” tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Editor : Farid Firdaus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper