Bisnis.com, JAKARTA — Rencana PT XL Axiata Tbk. (EXCL) untuk mengakuisisi PT Link Net Tbk. (LINK) mendapat penolakan dari sebagian pemegang saham induk usaha XL, Axiata Group Bhd. Meski demikian, manajemen XL Axiata memberi sinyal bahwa aksi akuisisi berlanjut dan berjalan sesuai rencana.
Dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang digelar Kamis (26/5/2022), sebanyak 42,17 persen pemegang saham yang hadir dalam rapat menolak akuisisi. Penolakan ini mewakili 3,527 miliar saham. Sementara itu, 57,83 persen dari mereka yang memberikan suara dalam RUPSLB menyatakan persetujuan. Suara mayoritas ini mewakili 4,837 miliar saham.
Seperti diketahui, Axiata Group Bhd. mengumumkan rencana akuisisi Link Net pada akhir Januari 2022. Berdasarkan perjanjian jual beli (PJB) saham bersyarat, XL Axiata mengakuisisi saham LINK dari kepemilikan Asia Link Dewa Pte Ltd (ALD) dan PT First Media Tbk (KBLV).
Harga pembelian yang telah disepakati adalah senilai Rp4.800 per saham biasa atau sekitar Rp8,72 triliun. Berdasarkan ketentuan PJB, Axiata Investments Sdn Bhd (AII), anak perusahaan yang secara tidak langsung dimiliki oleh Axiata Group Bhd, dan XL Axiata akan memiliki kepemilikan saham masing-masing 46,03 persen dan 20,00 persen dari gabungan keseluruhan saham sebesar 66,03 persen dalam Link Net yang dimiliki oleh oleh ALD dan FM.
Proses akuisisi ini ditargetkan selesai pada kuartal III/2022. Namun sebagaimana diwartakan The Edgemarkets, Permodalan Nasional Bhd. (PNB) yang merupakan salah satu pemegang saham Axiata Group Bhd. menyatakan khawatir usulan tersebut bisa berdampak buruk pada kinerja keuangan Axiata dalam jangka pendek karena potensi peningkatan tingkat utang yang membebani arus kas dan pendapatannya. PNB juga khawatir soal kurangnya visibilitas tentang dampak geopolitik pada perkembangan beberapa operasi internasional Axiata Group.
Terpisah, Group Head Corporate Communications EXCL Tri Wahyuningsih mengatakan proses akuisisi LinkNet oleh perusahaan masih berjalan lancar sesuai dengan rencana. Dia melanjutkan suara mayoritas RUPSLB Axiata Group Bhd. juga menyepakati akuisisi meski terdapat penolakan sebagian pemegang saham.
“Sampai saat ini proses akuisisi LinkNet masih lancar dan berjalan sesuai dengan rencana. Kami dapat menginformasikan bahwa berdasarkan hasil resmi RUPSLB tersebut, meskipun ada sedikit penolakan, RUPSLB Axiata Group Bhd pada 26 Mei 2022 lalu telah memberikan persetujuan untuk rencana akuisisi Link Net,” kata Ayu, Minggu (29/5/2022).
Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus menilai aksi korporasi yang dilancarkan XL Axiata tentunya telah mempertimbangkan potensi manfaat jangka panjang.
“Kami yakin EXCL sudah memiliki proyeksi terkait hal tersebut, di mana saat ini transformasi digital membutuhkan sumber daya manusia dan teknologi yang memadai,” kata Nico, Minggu (29/5/2022).
Dia mengatakan transformasi digital inilah yang diperkirakan akan memberi nilai tambah bagi kolaborasi dua entitas, terutama terkait dengan penetrasi pasar ke depan.
“LINK sendiri juga sudah memiliki pasarnya sendiri dan tersebar di seluruh Indonesia. Ini akan menjadi sinergi di masa yang akan datang,” katanya.
Sementara itu, Analis CGS-CIMB Foong Choong Chen dan Sherman Lam Hsien Jin dalam risetnya menyebutkan XL Axiata tengah dalam posisi menguntungkan dalam mengejar pertumbuhan pendapatan, seiring dengan ekspansi jaringan ke luar Jawa yang akan mendongkrak kinerja dalam jangka menengah. Hal ini terlihat dari kinerja pendapatan sepanjang 2021 yang naik 26 persen secara YoY. Di sisi lain, kontribusi pendapatan segmen mobile luar Jawa telah menyumbang 32 persen pada kuartal I/2022, naik daripada posisi kuartal I/2021 sebesar 10 persen.
Terkait akuisisi Link Net, Foong Choong Chen dan Sherman Lam Hsien Jin menyebutkan XL Axiata akan menggunakan dana internal dan pinjaman lokal dengan tingkat bunga di kisaran 5—6 persen untuk membiayai 20 persen saham LINK. Untuk mempertahankan peringkat AAA dari Fitch Ratings, rasio utang bersih ke EBITDA XL Axiata harus tetap di bawah 3.0 kali.
“Kami melihat rasio sampai akhir 2022 hanya akan di level 2,4 kali. XL Axiata mungkin tidak memerlukan rights issue, meski manajemen masih mempertimbangkan opsi ini,” kata mereka.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.